A. KONSEP
DASAR MEDIS
1. Definisi
a. Luka bakar
merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis. Kerusakan yang terjadi pada
penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain. Penyebab
ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik, bahkan kimia radiasi,
dll.
b. Luka bakar
adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma
api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi.
c. Luka bakar
adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
(Mansjoer 2000 : 365)
Jenis –
jenis luka bakar
a. Luka bakar listrik
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya loncatan arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir.
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya loncatan arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir.
b. Luka bakar kimia
Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat produksi petroleum
Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat produksi petroleum
2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh
perpindahan energi dari sumber panas ketubuh. Panas tersebut mungkin
dipindankan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor
dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh
cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar,
jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas),
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan
yang tertutup.
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
a. Keluasan luka bakar
b. Kedalaman
luka bakar
c. Umur pasien
d. Agen
penyebab
e. Fraktur atau
luka – luka lain yang menyertai
f. Penyakit
yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll
g. Obesitas
h. Adanya
trauma inhalasi
3.
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah
syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi
rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak
sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebakan
kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk
kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat III.Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh
menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka
bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga
timbul berbagai macam komplikasi.Burn
shock (syok hipovolemik)Burn shock atau
shock luka bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka
bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
4.
Manifestasi klinik
Derajat luka bakar
a.
Derajat I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya epidermis, lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit kembali normal.
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya epidermis, lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit kembali normal.
b.
Derajat II
1)
Derajat IIa
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.
Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat.
2)
Derajat IIb
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama sembuh ±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada cikatrix atau hipertrofi.
Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama sembuh ±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada cikatrix atau hipertrofi.
3)
Derajat III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas, avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.
c.
Derajat III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
Kulit tampak pucat, abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit
tampak terkelupas, avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak
disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik
dan hipertropi.
5.
Penatalaksanaan medik
a.
Resusitasi A, B, C.
1)
Pernafasan:
a) Udara panas, mukosa rusak, oedem, obstruksi.
2)
Sirkulasi:
a)
Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra
vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok
ATN gagal ginjal.
3)
Resusitasi cairan Baxter.
Obat –
obatan:
Antibiotika
: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu
berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
Analgetik : kuat
(morfin, petidine)
Antasida
: kalau perlu
6.
Pencegahan
Beberapa pencegahan luka bakar ,antara lain :
a.
Gunakan sunscreen ketika sedang diluar ruangan.
b.
Pastikan perangkat listrik termasuk kabel dirumah
aman.
c.
Pisahkan /tempatkan bahan kimia yang ada dirumah di
dalam tempat khusus.
d.
Gunakan temperatur yang rendah untuk pemanas air.
e.
Simpan dan gunakan bahan yang mudah terbakar secara
aman.
1.
Pengkajian
Pengkajian primer
Pemeriksaan jasmaninya diarahkan
kepada diagnosis cedera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,
dan E.
a.
Airway
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu
look,listen dan feel.
b.
Breathing
Pada tahap look (melihat) yang dilakukan yaitu :
melihat apakah pasien bernafas,pengembangan dada ,apakah nafasnya kuat atau
tidak ,keteraturannya ,dan frekuensinya .
c.
Circulation
Hubungan fungsi jantung ,peredaran darah untuk
memastikan apakah jantung bekerja atau tidak.
d.
Disability
Kaji GCS (Glasgow Coma Scale) dan keadaan pupil dengan
menggunakan penlight.
Pengkajian sekunder
a.
Aktifitas/istirahat:
Tanda:
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
b.
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
c.
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
d.
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama
fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e.
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum;
anoreksia; mual/muntah.
f.
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g.
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka
bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan
udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.
Pernafasan:
Gejala: Terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: Serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
2.
Diagnosa
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans,
Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a.
Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
c.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
d.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan
primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
3.
Intervensi
a.
Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
Tujuan : Menyangkal nyeri, melaporkan
perasaan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks.
Kriteria hasil :pasien
dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Intervensi :
1)
Tutup luka
sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara
terbuka
Rasional :
Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan
ujung saraf.
2)
Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodic.
Rasional :
Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan pembentukan edema;
setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta resiko
kontraktur sendi.
3)
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ karakter dan
intensitas (skala 0-10).
Rasional :
nyeri hampir selalu adapada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/
kerusakan tetapi biasanya paling berat selama penggatian balutan dan
debridement.
4)
Lakukan
penggantian balutan dan debridement setelah pasien diberi obat dan/ pada
hidroterapi.
Rasional :
menurunkan terjadinya distress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian
balutan dan debridement.
b.
Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan
kulit sekunder destruksi lapisan kulit.
Tujuan : hasiMemumjukkan
regenerasi jaringan.
Kriteria hasil :
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi :
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera
graft.
2)
Lakukan perawatan luka bakar yang tepat
dan tindakan kontrol infeksi.
Rasional : Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan
menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
3)
Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
Rasional : Kain nilon/membran silikon mengandung
kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau
mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.
c.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
Tujuan : Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria hasil : tak ada
manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit tas normal, haluaran urine
di atas 30 ml/jam.
Intervensi :
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
dan mengkaji respon kardiovaskuler.
2)
Awasi pengeluaran urine dan berat
jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.
Rasional : Penggantian cairan dititrasi untuk
meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine
berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya
mioglobin.
3)
Perkirakan drainase luka dan kehilangan
yang tampak.
Rasional : Peningkatan permeabilitas kapiler,
perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi
mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
4)
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Penggantian cairan tergantung pada berat
badan pertama dan perubahan selanjutnya.
d.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan
primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
Tujuan :
Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria hasil : tak ada demam, pembentukan jaringan
granulasi baik.
Intervensi :
1)
Pantau: Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit
dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan.
Rasional : Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan
atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
2)
Bersihkan area luka bakar setiap hari dan
lepaskan jaringan nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam
sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor,
yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Rasional : Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik
meningkatkan pembentukan granulasi.
3)
Lepaskan krim lama dari luka sebelum
pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakan krim antibiotika
topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara
menyeluruh di atas luka.
Rasional : Antimikroba topikal membantu mencegah
infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang
gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri.
4.
Implementasi
Pelaksanaan
adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien
5.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun
evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak
berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang,
direncanakan kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar