HUBUNGAN
POLA HIDUP DENGAN PRE-MENSTRUAL
SYNDROME (PMS) PADA SISWI SMPN 9 WATAMPONE
KECAMATAN
TANETE RIATTANG BARAT
KABUPATEN
BONE
A.
Latar Belakang
Masalah
Banyak remaja putri mengalami ketidaknyamanan fisik
selama beberapa hari sebelum periode menstruasi datang. Gejala-gejala dari
gangguan menstruasi mulai dari rasa tidak nyaman pada daerah perut sampai
masalah ketidakstabilan emosi, kondisi ini yang dikenal dengan Pre-Menstrual Syndrome
(PMS). (Ramadani, 2012 : 21).
Tingginya masalah Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada remaja akan berdampak pada
produktivitasnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (Damayanti, 2013 :
2).
Dari penelitian di Asia Pasifik, diketahui
bahwa di Jepang Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami oleh 34% populasi remaja putri.
Di Hongkong Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami oleh 17% populasi remaja
putri. Di Pakistan Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) dialami oleh 13% populasi remaja putri. Di Australia Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami oleh 44% remaja putri.
(Damayanti, 2013 : 2).
Di Indonesia angka prevalensi ini dapat
mencapai 85%
dari seluruh populasi remaja. (Damayanti,
2013 : 2).
Dari data yang diperoleh di
lokasi penelitian terlihat bahwa remaja
putri yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami oleh 45% dari seluruh populasi remaja putri. Sementara
di tahun 2012 meningkat Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami
oleh 60% dari seluruh populasi remaja
putri. Dan pada tahun 2013 Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dialami oleh 70 % dari seluruh populasi remaja putri.
Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) adalah sekumpulan keluhan dan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi
pada wanita reproduksi, yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari
sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi pada
suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi aktivitas. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor pola hidup yang meliputi pola
tidur, pola makan, kebiasaan olahraga,
stress dan kebiasaan merokok. (Damayanti,
2013: 1).
Dari latar belakang di atas, maka
penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah
ada hubungan pola hidup
dengan Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, maka
permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan yaitu : “ apakah
ada hubungan pola hidup
dengan Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone ” ?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi
hubungan antara pola hidup dengan Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten
Bone.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kejadian Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten
Bone.
D.
Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Sebagai
sumber informasi bagi masyarakat terutama remaja yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome
(PMS).
2. Aplikatif
a. Bagi
Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan
berguna untuk menambah
wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang hubungan pola
hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone
Kecamatan Tenete Riattang Barat Kabupaten Bone.
b. Bagi
Institusi Pendidikan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau bahan masukan
bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan
dengan terjadinya
Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) bagi remaja putri.
c. Bagi
Siswi-siswi SMPN 9 Watampone
Sebagai bahan masukan agar dapat mengenal
gejala-gejala Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) serta
dapat menanggulanginya.
E.
Tinjauan Pustaka
1. Remaja
a.
Definisi
Remaja dalam istilah psikologi diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit,
adolescence, dan youth. Remaja
atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh ke arah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tatapi
juga kematangan sosial dan psikologi. (Kumalasari, 2012 : 13).
Dalam kehidupannya, remaja mengalami perkembangan fisik dan perkembangan
rohaninya. Perkembangan fisik remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat
badan yang harus disertai dengan kesehatan karena kondisi sehat diharapkan
tidak mengganggu perkembangan fisik tersebut. (Fitriani, 2008 : 60).
b.
Karakteristik remaja
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012 : 14-15) Karakteristik remaja berdasarkan
umur, sebagai berikut :
1) Masa
remaja awal (10-12 tahun).
a) Lebih
dekat dengan teman sebaya
b) Ingin
bebas
c) Lebih
banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d) Mulai
berfikir abstrak.
2) Masa
remaja pertengahan (13-15 tahun).
a) Mencari
identitas diri
b) Timbul
keinginan untuk berkencan
c) Mempunyai
rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal
tentang aktivitas seks
3) Remaja
akhir
a) Pengungkapan
kebebasan diri
b) Lebih
selesktif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai
citra diri (body image) terhadap
dirinya sendiri
d) Dapat
mewujudkan cinta.
2. Pola hidup
a.
Definisi
Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai
untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu.
Kamus besar Indonesia mengartikan bahwa hidup adalah masih terus ada,
bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya. Pola hidup remaja
adalah gambaran setiap remaja yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa
besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat di sekitarnya dan bagaimana
cara remaja tersebut hidup. (http://tifannyellies.blogspot.co.id/2012/03/artikel-gue-gaya-hidup-remaja-di-zaman.html?m=1.
Diakses pada tanggal 10 mei 2015 pukul
10:10 wita ).
Pola hidup adalah suatu seni yang dibudayakan
oleh setiap orang. Pola hidup secara luas
didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan waktu mereka, apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia sekitarnya. (http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1). Diakses pada
tanggal 23 juli 2015 pukul 20:40 wita.
b.
Bagian-bagian dari pola hidup
remaja
Pola hidup remaja meliputi :
1)
Pola tidur remaja
Tidur
pada remaja mempunyai pola yang berbeda dibandingkan usia lainnya. Ini
disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi di akhir masa pubertas. Pada
masa ini mereka mengalami pergeseran irama sirkadian, sehingga
jam tidur pun bergeser. Secara umum kebutuhan tidur meningkat menjadi
8,5-9,5 jam setiap harinya. Tetapi waktu tidurnya berubah, rasa kantuk baru
menyerang sekitar tengah malam, dimana orang lain sudah tertidur. Saat orang
lain mulai mengantuk pada pukul 22:00, orang muda justru baru bersemangat untuk
berkarya, baik itu belajar atau menyelesaikan
pekerjaan. Sementara di pagi hari sudah harus bangun awal untuk mempersiapkan
diri ke sekolah, kuliah atau bekerja. Secara umum, orang muda sebenarnya
mengalami kekurangan tidur, sehingga banyak diantara mereka yang tertidur di
kelas atau terkantuk-kantuk di kantor. (Pola tidur remaja, http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1969890522. Diakses pada tanggal 23
juli 2015 pukul 21:35 wita)
.
2)
Pola makan remaja
Pola makan remaja umumnya mengkonsumsi makanan dengan kadar zat gizi mikro
yang rendah dan selalu melakukan diet yang tidak tepat menyebabkan kurang
asupan zat gizi yang dibutuhkan. (Nurmiaty, 2011 : 75).
3)
Kebiasaan olahraga remaja
Kebiasaan
berolahraga remaja, olahraga berupa lari di katakankan
dapat mengurangi keluhan. Berolahraga dapat mengurangi stress dengan cara
memilih waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan
untuk melepas marah atau kecemasan yang terjadi. (Ramadani,. 2011 : 22).
4)
Stress
Stress adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena
tekanan psikologis. (Mumpuni, 2010 : 18).
Penyebab stress pada remaja
lebih pada kejadian-kejadian yang dianggap besar dalam hidupnya dan tidak
terduga, misalnya karena orangtuanya bercerai, patah hati atau putus cinta,
cinta tidak terbalas, atau mengalami kecelakaan. Bisa juga penyebabnya adalah masalah-masalah
umum dalam kehidupan sehari-hari yang sudah bertumpuk-tumpuk, misalnya nilai
pelajaran di sekolahnya terus menerus menurun dan tidak sesuai degan yang
diharapkan, padahal dia telah belajar dengan lebih keras. (Mumpuni, 2010 : 77).
Pengukuran stress Perceived Stress Scale (PSS-10)
merupakan self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan
dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam
kehidupan subjek penelitian. Skor Perceived Stress Scale (PSS-10)
diperolehi dengan reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3,
2=2,3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7
&8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-masing (Olpin & Hesson,2009).
Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan
dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta
untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan
membulatkan jawaban atas pertanyaan.
a)
Tidak pernah diberi
skor 0
b)
Hampir tidak pernah
diberi skor 1
c)
Kadang-kadang
diberi skor 2
d)
Cukup sering skor 3
e)
Sangat sering
diberi skor 4
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan
dengan tingkatan stres sebagai berikut:
a)
Stres ringan (total
skor 1-14)
b)
Stres sedang (total
skor 15-26)
c) Stres berat (total skor >26). (Repository.usu.ac.id/.../chapter%2011.pdf). Diakses pada tanggal 16
september 2015 pukul 11:25 wita.
5)
Kebiasaan merokok remaja
Para remaja dengan
santainya terlihat merokok dan menikmati suasana, tidak merasa malu lagi
meskipun dilakukan di tempat umum. Padahal mereka sadari bahwa merokok dapat
menimbulkan penyakit yang serius. (Mahani, 2011). http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1. Diakses pada
tanggal 23 juli 2015, pukul 21: 40 wita.
3.
Menstruasi
a.
Pengertian
Menurut Anurogo & Wulandari (2011 : 17), menstruasi adalah proses pelepasan dinding
rahim yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap
bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Hari pertama Siklus Menstruasi dihitung sebagai
awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1).
Menurut Nugroho (2010 : 25), siklus menstruasi
normal : 21-35. Lama menstruasi : 3-7 hari dan jumlah darah : 35-50 cc.
Menurut Anurogo & Wulandari (2011 : 17-25),
Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase,
yaitu :
1) Fase folikuler
Fase ini dimulai dari hari ke-1 higga sesaat sebelum kadar Luteinizing Hormone (LH), hormon
gonadotropik yang disekresi oleh kelenjar pituitari anterior serta berfungsi
merangsang pelepasan sel telur dan membantu pematangan serta perkembangan sel
telur, meningkat dan terjadi pelepasan sel telur atau ovulasi. Dinamakan fase
folikel karena pada masa ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada
masa pertengahan fase folikuler, kadar Follicle
Stimullating Hormone (FSH) meningkat sehingga merangsang pertumbuhan
folikel sebanyak 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur.
Hanya satu folikel yang akan terus tumbuh dan yang lain akan hancur. Follicle Stimullating Hormone (FSH) adalah
hormon gonadotropin yang merangsang (menstimulasi) sel telur (ovarium) untuk
memproduksi folikel dominan yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuahi
saat ovulasi (pelepasan sel telur), dan berperan untuk menstimulasi folokel
ovarium untuk memproduksi hormon estrogen.Pada suatu siklus, sebagian indung telur
dilepaskan sebagai respons terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan hormon
progestron. Indung telur terdiri daritiga lapisan. Lapisan yang paling atas dan
lapisan tengah adalah bagian yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan
tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk membentuk kedua lapisan
yang telah dilepaskan. Darah haid tidak membeku, kecuali jika terjadi
perdarahan hebat. Setiap kali menstruasi, darah yang hilang sebanyak 28-283
gram.
2)
Fase ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar Luteinizing
Hormone (LH) meningkat. Pada fase inilah sel telur dilepaskan. Pada
umumnya, sel telur dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar Luteinizing Hormone (LH). Folikel yang
matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur seingga akhirnya pecah
dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel telur, beberapa
perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada pert bagian bawah. Nyeri ini
akan terjadi selama beberapa hingga beberapa jam, mengikuti proses pelepasan
sel telur.
3)
Fase luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14 hari
hari. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan
membentuk corpus luteum (disebut juga yellow body), struktur anatomis yang kecil dan berwarna kuning pada
permukaan ovarium. Selama masa subur,corpus luteum dibentuk setelah setiap
ovulasi atau pelepasan sel telur yang
menghasilkan progesteron ini dalam jumlah cukup besar. Hormon progesteron ini
akan menyebabkan suhu tubuh meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai
siklus yang baru dimulai. Penigkatan suhu badan ini dapat digunakan sebagai
perkiraan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, corpus luetum akan hancur dan
siklus yang baru akan dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam
masa aktif reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan
kehamilan. Jika telur diuahi maka corpus luteum akan menghasilkan Human Chorionic Gonadotropine (HCG) yang
memelihara progesteron hingga dapat menghasilkan hormon sendiri. Tes kehamilan
didasarkan pada adanya peningkatan kadar
Human Chorionic Gonadotropine
(HCG).
Masa siklus menstruasi normal berjenjang dari 2-6 hari, dengan rata-rata 4
hari. Siklus menstruasi umumnya berakhir dengan menstruasi (datang bulan)
setiap 21-35 hari, dengan kehilangan darah rata-rata 40 ml setiap menstruasi. (Maulana,
2009 : 128).
4. Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
a. Definisi
1)
Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan
gejala fisik, psikologis dan emosi yangterkait dengan siklus menstruasi wanita;
gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dimulai. (Ramadani, 2011 : 24).
2)
Pre-Menstrual Syndrome (PMS) berhubungan dengan naik turunya kadar estrogen dan
progesteron yang terjadi selama siklus haid. (Anurogo & Wulandari, 2011 :
25).
3)
Pre-Menstrual Syndrome (PMS) Prementrual
Syndrom (PMS) adalah adalah kombinasi gejala yang
terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi,
serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi. (Damayanti, 2013
: 9).
b.
Etiologi
Penyebab terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
belum
diketahui secara pasti. Namun penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan
dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologis dan masalah psikis emosional. (Anurogo & Wulandari, 2011 : 26).
c. Gejala
Gejala-gejala yang
sering dialami pada saat terjadi Pre-Menstrual
Syndrome
(PMS) adalah sakit punggung,
perut kembung, payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan (dapat
bertambah ataupun tidak mau makan sama sekali), sakit kepala, pingsan, daerah
panggul terasa sakit dan tertekan, kulit pada wajah dan leher menjadi bengkak
dan terasa memerah, sulit tidur, tidak bertenaga, mual maupun muntah, serta
kelelahan yang luar biasa, dan munculnya jerawat. Selain itu, Pre-Menstrual
Syndrome
(PMS) juga
disertai perubahan emosional, seperti mudah marah, cemas, mudah tersinggung,
depresi, stress, sulit berkonsentrasi, dan bisa menjadi pelupa. (Anurogo & Wulandari, 2011: 26-27).
d.
Penanganan
Menurut Damayanti (2013 : 20), terapi Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1)
Terapi obat
Menggunakan analgesik (yang dapat dibeli bebas). Pengobatan Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dapat
menggunakan anagesik (obat penghilang rasa sakit) dan
bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi rasa nyeri dan gejala sedang
lainnya serta bersifat sementara. Analgesik yang dijual bebas seperti
paracetamol, asetaminofen dapat digunakan untuk mengatasi nyeri.
2)
Menggunakan Anti depresi
Obat anti depresi seperti selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs) dapat digunakan setiap hari atau selama 14 ahri sebelum
menstruasi. SSRIs membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi
otak (neurotransmitter), misalnya serotonin. Selain itu, anti depresi non SSRIs
juga dapat digunakan untuk pengobatan
Pre-Menstrual
Syndrome (PMS). Penggunaan
kedua obat jenis ini harus dengan pengawasan dan resep dokter.
Beberapa cara alami untuk
meredakan Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
Kelly (2005 : 17-61), antara lain :
1)
Teh herbal serbaguna
Beberapa ramuan herbal berguna
meringankan dan mengusir berbagai gejala Pre-Menstrual
Syndrome (PMS). Cobalah
ramuan-ramuan berikut ini sebagai pengganti kopi atau teh yang memiliki
kandungan kafein sehingga meningkatkan kegelisahan dan rasa tidak nyaman.
2)
GLA, si pengatur hormon
Minyak tumbuhan mengandung asam
linolenic gamma, atau GLA, yang bisa meringankan gejala-gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
3)
Vitamin C dan E yang sangat penting
Memastikan kecukupan asupan
vitamin C dan E dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar akan membantu
meringankan gejala Pre-Menstrual Syndrome
(PMS)yang Anda alami. Anda juga bisa mengosumsi suplemen untuk meningkatkan
stamina.
4)
Vitamin B esensial dan B6
Makanan yang mengandung kelompok
vitamin B sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel tubuh vitamin B6 bisa
meringankan banyak gejala Pre-Menstrual
Syndrome (PMS).
5)
Apabila Anda merasa gelisah atau tidak bersemangat di hari-hari menjelang
menstruasi, lakukan latihan aerobik sesuai selera untuk meredakan stres dan
menghilangkan depresi.
6)
Kompres perut crampbark dan rosemary
Rasa sakit yang terasa tajam
menusuk perut menjelang dan selama menstruasi terjadi karena adanya kontraksi
otot-otot rahim, yang dapat menghambat aliran darah. Kompres panas ini bisa
membantu melancarkan sirkulasi darah.
e. Pencegahan
Menurut Ramadani (2011 : 24) mengatakan pencegahan Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pola hidup dengan
meningkatkan aktivitas fisik, menjaga pola makan yang sehat, memenuhi kebutuhan
harian terutama kalsium, magnesium dan vitamin B, serta menghindari stress.
Hubungan
pola hidup remaja dengan kejadian Pre-Menstrual Syndrome
(PMS),
antara lain :
a.
Pola tidur atau kebiasaan tidur
Pola tidur yang
salah, biasanya tidur terlalu malam bisa memperberat Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) karena
otak bisa istirahat. Sehingga gelaja emosional yang dirasakan seperti mudah
sedih, tegang, dan marah tidak dapat mereda. Tidur merupakan
keadaan hilangnya kesadaran
secara normal dan periodik. Dengan tidur, maka akan dapat diperoleh kesempatan
untuk beristirahat dan memulihkan kondisi tubuh baik secara psikologis maupun
psikis. Tidur mempunyai
fungsi restorative pada penyakit akut. Hormon pertumbuhan akan
disekresi selama tidur. Oleh karena itu, sangat
penting untuk pemeliharaan dan
penyembuhan tubuh. (Http
://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/pre-menstrual-syndrome.html?m=1).
Diakses pada tanggal 30 april 2015
pukul 09 : 08 wita.
b.
Pola makan atau
kebiasaan makan
Pola
makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti
bahwa selama periode Pre-Menstrual Syndrome (PMS), terdapat
gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Pola konsumsi atau intake karbohidrat
yang berlebihan dapat meningkatkan resiko kejadian Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Karena dengan kelebihan karbohidrat akan mengalami kenaikan berat
badan, sehingga rentan terkena Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Makanan seperti
tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan
olahan, memperberat gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Bukti-bukti yang bermunculan
menunjukkan bahwa beberapa makanan dan minuman tertentu mungkin telah menyebabkan atau memicu Pre-Menstrual
Syndrome (PMS) pada beberapa orang. (Damayanti, 2013 : 26).
c.
Pola
olahraga atau kebiasaan berolahraga secara teratur
Hasil
penelitian menunjukkan peluang terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS) lebih besar pada remaja putri yang tidak melakukan olahraga rutin dari pada remaja putri yang sering melakukan
olahraga. Karena olahraga sangat berpengaruh terhadap terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Aktifitas olahraga yang teratur dan berkelanjutan
berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan endorphin. Endorphin
memerankan peran dalam pengaturan endogen. Remaja putri yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome (PMS), terjadi karena kelebihan estrogen, kelebihan estrogen dapat
dicegah dengan meningkatnya endhorpin. Hal ini
membuktikan olahraga yang teratur dapat mencegah atau mengurangi Pre-Menstrual
Syndrome (PMS). Pre-Menstrual Syndrome (PMS). (Damayanti,
2013 : 27-28).
d.
Stress
Hal ini sangat
mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stress merupakan reaksi
tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karena adanya perubahan.
Kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi merupakan reaksi stress. Menyatakan ketegangan
merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa
ketakutan, kemarahan,
kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom. Faktor stres akan memperberat
gangguan Pre-Menstrual Syndrome
(PMS). (Damayanti, 2013 : 26).
e.
Kebiasaan merokok
Sebuah studi mengatakan
bahwa lebih dari 3.000 remaja putri yang merokok lebih berisiko terkena Pre-Menstrual Syndrome
(PMS) daripada
remaja yang tidak merokok sama sekali. Meskipun alasan dari studi tersebut
belum jelas, namun berhenti merokok atau menghindari untuk merokok dapat
meminimalisir anda terhindar dari
Pre-Menstrual
Syndrome (PMS).
(Mahani,
2011). http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1. Diakses
pada tanggal
26 juli 2015, pukul 13 : 40 wita.
F.
Kerangka
Konseptional
1. Kerangka konsep
penelitian (variabel independen dan variabel dependen)
Variabel independen
Pola tidur
|
Pola makan
|
Pola berolahraga
|
Stress
|
Pre-Menstrual
Syndrome (PMS)
|
Kebiasaan merokok
|
Keterangan
:
: Variabel
independen
: Variabel
depdenden
: Hubungan
antar variabel
G.
Definisi
Operasional
1. Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
pada remaja merupakan gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang tidak
disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur berulang selama fase
siklus haid menghilang selama waktu haid yang tersisa.
Alat ukur :
kuesioner
Hasil ukur :
0 : Mengalami Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
1
: Tidak mengalami Pre-Menstrual Syndrome
(PMS)
2. Pola
hidup merupakan gaya hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya.
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur : 0 : Kurang ,jika responden
memperoleh skor <5
1 : Baik,
jika responden memperoleh skor >5
H.
Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara variabel.
Informasi
dan data dari penelitian ini dikumpulkan melalui pemberian kuesioner pada siswi
SMPN 9 Watampone Kecamatan Tenete Riattang Barat Kabupaten Bone. Setelah
diperoleh data kemudian dianalisis untuk mencari ada tidaknya hubungan pola
hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada remaja.
2.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Populasi
dalam peneltitan adalah subjek (misalnya
manusia : klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam.
2013: 169). Pada penelitian populasi aktualnya adalah
siswi kelas VIII di SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat
Kabupaten Bone pada bulan agustus 2015 sebanyak 65 orang.
b.
Sampel
Sampel
adalah sebagian dari populasi terjangkau
yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian. (Nursalam, 2013 : 171).
Dalam penelitian ini subyek yang dijadikan sampel menggunakan estimasi, apabila
jumlah sampel kurang dari seratus, maka jumlah sampel diambil secara
keseluruhan (total sample) sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Jadi,
besar sampel diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 65 responden.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Cara
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan
membagikan kuisioner atau angket pada 60
siswi kelas VIII di SMPN 9 Watampone,
kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi
kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil pada saat itu juga oleh
peneliti.
4.
Teknik Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010 : 176-178),
pengolahan data dengan komputer antara lain :
a)
Editing, hasil
wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
(editing) terlebih dahulu.
b)
Coding, setelah semua
kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau
“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan.
c)
Memasukkan Data (Data
Entry) atau Processing, data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer.
d)
Pembersihan Data (Cleaning
), apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
5.
Teknik Analisa data
Analisis
data dilakukan dengan
dua
tahapan yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat (Notoatmodjo, 2010 : 182-183).
a.
Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen
dan
dependen. Keseluruhan
data yang ada dalam
kuesioner diolah
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis
Bivariat
Analisis bivariat digunakan
untuk melihat kemungkinan hubungan antara
variabel independen
dan variabel dependen. Untuk melihat apakah ada hubungan antara pola
hidup tentang dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
I.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi
penelitian akan dilakukan di SMPN 9 Watampone kecamatan tanete
riattang barat kabupaten Bone.
2.
Waktu
Waktu
penelitian akan dilakukan mulai bulan September-Oktober 2015.
J.
Instrument
Pengumpulan Data
Alat
yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Menurut
Notoatmodjo (2010 : 152), kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, matang, dimana responden
tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu.
K.
Perlindungan
Subjek Manusia (Etik)
Menurut
Hidayat (2008 : 93-95), masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan.
Setiap penelitian yang menggunakan obyek manusia
tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden terlindungi, kemudian
kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika
penelitian. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informent
Consent
Informent
consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informent consent ini berupa
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informent consent ini
bertujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati
keputusan tersebut. Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar
persetujuan.
2. Anonimity
(Kerahasiaan nama/ identitas)
Anonimity,
berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner).
Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Peneliti
tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dalam
penelitian ini.
3. Confidentiality
(Kerahasiaan hasil)
Subbab ini
menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakandalam penelitian.
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Penelitian
ini kerahasiaan hasil / informasi yang
telah dikumpulkan dari setiap subyek akan dijamin oleh peneliti.
L.
Rancana Isi
Rencana isi pada tahap akhir penelitian
ini dalah sebagai berikut:
BAB Satu : 1. Latar
Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB Dua : Tinjauan pustaka mengenai tinjauan umum
masalah hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
BAB Tiga : Kerangka konseptual dan hipotesis
BAB Empat : Metode penelitian yang meliputi :
1.
Desain Penelitian
2.
Populasi dan Sampel
3.
Teknik Pengumpulan Data
4.
Analisa Data
BAB Lima : Hasil dan Pembahasan mengenai karakteristik
responden serta hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual
Syndrome (PMS)
BAB Enam : Kesimpulan dan Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar