Rabu, 27 April 2016

PROPOSAL TENTANG POLA HIDUP DENGAN PMS



HUBUNGAN    POLA HIDUP   DENGAN   PRE-MENSTRUAL
SYNDROME (PMS) PADA SISWI SMPN 9 WATAMPONE
KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT
KABUPATEN BONE

A.           Latar Belakang Masalah
Banyak remaja putri mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi datang. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi mulai dari rasa tidak nyaman pada daerah perut sampai masalah ketidakstabilan emosi, kondisi ini yang dikenal dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS). (Ramadani, 2012 : 21).
Tingginya masalah Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada remaja akan berdampak pada produktivitasnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (Damayanti, 2013 : 2).
Dari penelitian di Asia Pasifik, diketahui bahwa di Jepang Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 34% populasi remaja putri. Di Hongkong Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 17% populasi remaja putri. Di Pakistan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 13% populasi remaja putri. Di  Australia Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 44% remaja putri. (Damayanti, 2013 : 2).
Di Indonesia angka prevalensi ini dapat mencapai 85% dari seluruh populasi remaja. (Damayanti, 2013 : 2).
Dari data yang diperoleh di lokasi penelitian  terlihat bahwa remaja putri yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome (PMS) setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 45% dari seluruh populasi remaja putri. Sementara di tahun 2012 meningkat Pre-Menstrual Syndrome (PMS)  dialami oleh 60%  dari seluruh populasi remaja putri. Dan pada tahun 2013 Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dialami oleh 70 % dari seluruh populasi remaja putri.
Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan keluhan dan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada wanita reproduksi, yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi aktivitas. Hal ini juga dipengaruhi  oleh         faktor pola hidup yang meliputi pola tidur, pola makan, kebiasaan        olahraga,          stress dan  kebiasaan merokok.  (Damayanti, 2013: 1).
Dari latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah ada hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan yaitu  : apakah ada hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone  Kecamatan Tanete  Riattang Barat Kabupaten Bone ” ?
C.           Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
        Mengidentifikasi hubungan antara pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
2.    Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kejadian Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
D.      Manfaat Penelitian
1.    Teoritis
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat terutama remaja yang mengalami  Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
2.    Aplikatif
a.       Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tenete Riattang Barat Kabupaten Bone.


b.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau bahan masukan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS)   bagi remaja putri.
c.       Bagi Siswi-siswi SMPN 9 Watampone
Sebagai bahan masukan agar dapat mengenal gejala-gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS) serta dapat  menanggulanginya.
E.       Tinjauan Pustaka
1.      Remaja
a.         Definisi 
Remaja dalam istilah psikologi diperkenalkan dengan istilah lain,  seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tatapi juga kematangan sosial dan psikologi. (Kumalasari, 2012 : 13).
Dalam kehidupannya, remaja mengalami perkembangan fisik dan perkembangan rohaninya. Perkembangan fisik remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan yang harus disertai dengan kesehatan karena kondisi sehat diharapkan tidak mengganggu perkembangan fisik tersebut. (Fitriani, 2008 : 60).
b.        Karakteristik remaja
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012 : 14-15) Karakteristik remaja berdasarkan umur, sebagai berikut :
1)      Masa remaja awal (10-12 tahun).
a)      Lebih dekat dengan teman sebaya
b)      Ingin bebas
c)      Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d)     Mulai berfikir abstrak.
2)      Masa remaja pertengahan (13-15 tahun).
a)    Mencari identitas diri
b)   Timbul keinginan untuk berkencan
c)    Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d)   Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e)    Berkhayal tentang aktivitas seks
3)      Remaja akhir
a)    Pengungkapan kebebasan diri
b)   Lebih selesktif dalam mencari teman sebaya
c)    Mempunyai citra diri (body image) terhadap dirinya sendiri
d)   Dapat mewujudkan cinta.

2.      Pola hidup
a.         Definisi
Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu. Kamus besar Indonesia mengartikan bahwa hidup adalah masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya. Pola hidup remaja adalah gambaran setiap remaja yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat di sekitarnya dan bagaimana cara remaja tersebut hidup. (http://tifannyellies.blogspot.co.id/2012/03/artikel-gue-gaya-hidup-remaja-di-zaman.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 mei 2015 pukul 10:10 wita ).
Pola hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Pola hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan  juga di dunia sekitarnya. (http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1). Diakses pada tanggal 23 juli 2015 pukul 20:40 wita.
b.    Bagian-bagian dari pola hidup remaja
Pola hidup remaja meliputi :
1)        Pola tidur remaja
Tidur pada remaja mempunyai pola yang berbeda dibandingkan usia lainnya. Ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi di akhir masa pubertas. Pada masa ini mereka mengalami pergeseran irama sirkadian, sehingga jam tidur pun bergeser. Secara umum kebutuhan tidur meningkat menjadi 8,5-9,5 jam setiap harinya. Tetapi waktu tidurnya berubah, rasa kantuk baru menyerang sekitar tengah malam, dimana orang lain sudah tertidur. Saat orang lain mulai mengantuk pada pukul 22:00, orang muda justru baru bersemangat untuk berkarya, baik itu belajar atau menyelesaikan pekerjaan. Sementara di pagi hari sudah harus bangun awal untuk mempersiapkan diri ke sekolah, kuliah atau bekerja. Secara umum, orang muda sebenarnya mengalami kekurangan tidur, sehingga banyak diantara mereka yang tertidur di kelas atau terkantuk-kantuk di kantor. (Pola tidur remaja, http://sleepclinicjakarta.tblog.com/post/1969890522. Diakses pada tanggal 23 juli 2015 pukul 21:35 wita)
.
2)        Pola makan remaja
Pola makan remaja umumnya mengkonsumsi makanan dengan kadar zat gizi mikro yang rendah dan selalu melakukan diet yang tidak tepat menyebabkan kurang asupan zat gizi yang dibutuhkan. (Nurmiaty, 2011 : 75).
3)        Kebiasaan olahraga remaja
Kebiasaan berolahraga remaja, olahraga berupa lari di katakankan dapat mengurangi keluhan. Berolahraga dapat mengurangi stress dengan cara memilih  waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk melepas marah atau kecemasan yang terjadi. (Ramadani,. 2011 : 22).
4)        Stress
Stress adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. (Mumpuni, 2010 : 18).
Penyebab stress pada remaja lebih pada kejadian-kejadian yang dianggap besar dalam hidupnya dan tidak terduga, misalnya karena orangtuanya bercerai, patah hati atau putus cinta, cinta tidak terbalas, atau mengalami kecelakaan. Bisa juga penyebabnya adalah masalah-masalah umum dalam kehidupan sehari-hari yang sudah bertumpuk-tumpuk, misalnya nilai pelajaran di sekolahnya terus menerus menurun dan tidak sesuai degan yang diharapkan, padahal dia telah belajar dengan lebih keras. (Mumpuni, 2010 : 77).
Pengukuran stress Perceived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor Perceived Stress Scale (PSS-10) diperolehi dengan reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2,3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 &8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-masing (Olpin & Hesson,2009). Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.
a)        Tidak pernah diberi skor 0
b)        Hampir tidak pernah diberi skor 1
c)        Kadang-kadang diberi skor 2
d)       Cukup sering skor 3
e)        Sangat sering diberi skor 4
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:
a)      Stres ringan (total skor 1-14)
b)      Stres sedang (total skor 15-26)
c)      Stres berat (total skor >26). (Repository.usu.ac.id/.../chapter%2011.pdf). Diakses pada tanggal 16 september 2015 pukul 11:25 wita.
5)        Kebiasaan merokok remaja
Para remaja dengan santainya terlihat merokok dan menikmati suasana, tidak merasa malu lagi meskipun dilakukan di tempat umum. Padahal mereka sadari bahwa merokok dapat menimbulkan penyakit yang serius. (Mahani, 2011). http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1. Diakses pada tanggal 23 juli 2015, pukul 21: 40 wita.
3.      Menstruasi
a.    Pengertian
Menurut Anurogo & Wulandari (2011 : 17), menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Hari pertama Siklus Menstruasi  dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1).
Menurut Nugroho (2010 : 25), siklus menstruasi normal : 21-35. Lama menstruasi : 3-7 hari dan jumlah darah : 35-50 cc.
Menurut Anurogo & Wulandari (2011 : 17-25), Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase, yaitu :
1)      Fase folikuler
Fase ini dimulai dari hari ke-1 higga sesaat sebelum kadar Luteinizing Hormone (LH), hormon gonadotropik yang disekresi oleh kelenjar pituitari anterior serta berfungsi merangsang pelepasan sel telur dan membantu pematangan serta perkembangan sel telur, meningkat dan terjadi pelepasan sel telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikel karena pada masa ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar Follicle Stimullating Hormone (FSH) meningkat sehingga merangsang pertumbuhan folikel sebanyak 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur. Hanya satu folikel yang akan terus tumbuh dan yang lain akan hancur. Follicle Stimullating Hormone (FSH) adalah hormon gonadotropin yang merangsang (menstimulasi) sel telur (ovarium) untuk memproduksi folikel dominan yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuahi saat ovulasi (pelepasan sel telur), dan berperan untuk menstimulasi folokel ovarium untuk memproduksi hormon estrogen.Pada suatu siklus, sebagian indung telur dilepaskan sebagai respons terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan hormon progestron. Indung telur terdiri daritiga lapisan. Lapisan yang paling atas dan lapisan tengah adalah bagian yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Darah haid tidak membeku, kecuali jika terjadi perdarahan hebat. Setiap kali menstruasi, darah yang hilang sebanyak 28-283 gram.
2)      Fase ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar Luteinizing Hormone (LH) meningkat. Pada fase inilah sel telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar Luteinizing Hormone (LH). Folikel yang matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur seingga akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel telur, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada pert bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa hingga beberapa jam, mengikuti proses pelepasan sel telur.
3)      Fase luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14 hari hari. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan membentuk corpus luteum  (disebut juga yellow body), struktur anatomis yang kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa subur,corpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi atau pelepasan sel telur  yang menghasilkan progesteron ini dalam jumlah cukup besar. Hormon progesteron ini akan menyebabkan suhu tubuh meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Penigkatan suhu badan ini dapat digunakan sebagai perkiraan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, corpus luetum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam masa aktif reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan. Jika telur diuahi maka corpus luteum akan menghasilkan Human Chorionic Gonadotropine (HCG) yang memelihara progesteron hingga dapat menghasilkan hormon sendiri. Tes kehamilan didasarkan pada adanya peningkatan kadar  Human Chorionic Gonadotropine (HCG).
Masa siklus menstruasi normal berjenjang dari 2-6 hari, dengan rata-rata 4 hari. Siklus menstruasi umumnya berakhir dengan menstruasi (datang bulan) setiap 21-35 hari, dengan kehilangan darah rata-rata 40 ml setiap menstruasi. (Maulana, 2009 : 128).

4.      Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
a.    Definisi
1)        Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yangterkait dengan siklus menstruasi wanita; gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. (Ramadani, 2011 : 24).
2)        Pre-Menstrual Syndrome (PMS) berhubungan dengan naik turunya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus haid. (Anurogo & Wulandari, 2011 : 25).

3)        Pre-Menstrual Syndrome (PMS) Prementrual Syndrom (PMS) adalah adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi, serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi.  (Damayanti, 2013 :  9).
b.    Etiologi
Penyebab terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS) belum diketahui secara pasti. Namun penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologis dan masalah psikis        emosional. (Anurogo & Wulandari, 2011 : 26).
c.    Gejala
Gejala-gejala yang sering dialami pada saat terjadi Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah sakit punggung, perut kembung, payudara terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan (dapat bertambah ataupun tidak mau makan sama sekali), sakit kepala, pingsan, daerah panggul terasa sakit dan tertekan, kulit pada wajah dan leher menjadi bengkak dan terasa memerah, sulit tidur, tidak bertenaga, mual maupun muntah, serta kelelahan yang luar biasa, dan munculnya jerawat. Selain itu, Pre-Menstrual Syndrome (PMS) juga disertai perubahan emosional, seperti mudah marah, cemas, mudah tersinggung, depresi, stress, sulit berkonsentrasi, dan bisa menjadi pelupa. (Anurogo & Wulandari, 2011: 26-27).

d.   Penanganan
Menurut Damayanti (2013 : 20), terapi Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1)        Terapi obat
Menggunakan analgesik (yang dapat dibeli bebas). Pengobatan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dapat menggunakan anagesik  (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi rasa nyeri dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara. Analgesik yang dijual bebas seperti paracetamol, asetaminofen dapat digunakan untuk mengatasi nyeri.
2)        Menggunakan Anti depresi
Obat anti depresi seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs) dapat digunakan setiap hari atau selama 14 ahri sebelum menstruasi. SSRIs membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi otak (neurotransmitter), misalnya serotonin. Selain itu, anti depresi non SSRIs juga dapat digunakan untuk pengobatan Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Penggunaan kedua obat jenis ini harus dengan pengawasan dan resep dokter.


Beberapa cara alami untuk meredakan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) Kelly (2005 : 17-61), antara lain :

1)   Teh herbal serbaguna
Beberapa ramuan herbal berguna meringankan dan mengusir berbagai gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Cobalah ramuan-ramuan berikut ini sebagai pengganti kopi atau teh yang memiliki kandungan kafein sehingga meningkatkan kegelisahan dan rasa tidak nyaman.
2)   GLA, si pengatur hormon
Minyak tumbuhan mengandung asam linolenic gamma, atau GLA, yang bisa meringankan gejala-gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
3)   Vitamin C dan E yang sangat penting
Memastikan kecukupan asupan vitamin C dan E dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar akan membantu meringankan gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS)yang Anda alami. Anda juga bisa mengosumsi suplemen untuk meningkatkan stamina.
4)         Vitamin B esensial dan B6
Makanan yang mengandung kelompok vitamin B sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel tubuh vitamin B6 bisa meringankan banyak gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
5)        Apabila Anda merasa gelisah atau tidak bersemangat di hari-hari menjelang menstruasi, lakukan latihan aerobik sesuai selera untuk meredakan stres dan menghilangkan depresi.
6)        Kompres perut crampbark dan rosemary
Rasa sakit yang terasa tajam menusuk perut menjelang dan selama menstruasi terjadi karena adanya kontraksi otot-otot rahim, yang dapat menghambat aliran darah. Kompres panas ini bisa membantu melancarkan sirkulasi darah.

e.    Pencegahan
Menurut Ramadani (2011 : 24) mengatakan pencegahan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pola hidup dengan meningkatkan aktivitas fisik, menjaga pola makan yang sehat, memenuhi kebutuhan harian terutama kalsium, magnesium dan vitamin B, serta menghindari stress.
Hubungan pola hidup remaja dengan kejadian Pre-Menstrual Syndrome (PMS), antara lain :
a.         Pola tidur atau kebiasaan tidur
Pola tidur yang salah, biasanya tidur terlalu malam bisa memperberat Pre-Menstrual Syndrome (PMS) karena otak bisa istirahat. Sehingga gelaja emosional yang dirasakan seperti mudah sedih, tegang, dan marah tidak dapat mereda. Tidur   merupakan   keadaan   hilangnya kesadaran secara normal dan periodik. Dengan tidur, maka akan dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi tubuh baik secara psikologis maupun psikis. Tidur    mempunyai   fungsi restorative  pada penyakit akut. Hormon pertumbuhan akan disekresi selama tidur.  Oleh karena itu,  sangat penting  untuk pemeliharaan dan penyembuhan tubuh.  (Http ://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/07/pre-menstrual-syndrome.html?m=1). Diakses pada            tanggal 30 april 2015 pukul 09 : 08 wita.
b.        Pola makan atau kebiasaan makan
Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode Pre-Menstrual Syndrome (PMS), terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Pola konsumsi atau intake karbohidrat yang berlebihan dapat meningkatkan resiko kejadian Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Karena dengan kelebihan karbohidrat akan mengalami kenaikan berat badan, sehingga rentan terkena Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Makanan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Bukti-bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa beberapa makanan dan minuman tertentu mungkin telah menyebabkan atau memicu Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada beberapa orang. (Damayanti, 2013 : 26).
c.         Pola olahraga atau kebiasaan berolahraga secara teratur
Hasil penelitian menunjukkan peluang terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS) lebih besar pada remaja putri yang tidak melakukan olahraga rutin dari pada remaja putri yang sering melakukan olahraga. Karena olahraga sangat berpengaruh terhadap terjadinya Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Aktifitas  olahraga yang teratur dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan endorphin. Endorphin memerankan peran dalam pengaturan endogen. Remaja putri yang mengalami Pre-Menstrual Syndrome (PMS), terjadi karena kelebihan estrogen, kelebihan estrogen dapat dicegah dengan meningkatnya endhorpin. Hal ini membuktikan olahraga yang teratur dapat mencegah atau mengurangi Pre-Menstrual Syndrome (PMS). Pre-Menstrual Syndrome (PMS).  (Damayanti, 2013 : 27-28).
d.        Stress
       Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stress merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karena adanya perubahan. Kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi merupakan reaksi stress. Menyatakan ketegangan merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa ketakutan, kemarahan, kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom. Faktor stres akan memperberat gangguan Pre-Menstrual Syndrome (PMS). (Damayanti, 2013 : 26).
e.         Kebiasaan merokok
Sebuah studi mengatakan bahwa lebih dari 3.000 remaja putri yang merokok lebih berisiko terkena Pre-Menstrual Syndrome (PMS) daripada remaja yang tidak merokok sama sekali. Meskipun alasan dari studi tersebut belum jelas, namun berhenti merokok atau menghindari untuk merokok dapat meminimalisir anda terhindar dari Pre-Menstrual Syndrome (PMS). (Mahani, 2011). http://yogaadipratama95.blogspot.com/2014/10/perilaku-konsumen-makalah-gaya-hidup.html?m=1. Diakses pada tanggal 26 juli 2015, pukul 13 : 40 wita.


F.       Kerangka Konseptional
1. Kerangka konsep penelitian (variabel independen dan variabel dependen)
Variabel independen
Pola tidur

           

Pola makan

                                                                               Variabel dependen
Pola berolahraga
Stress

Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
Kebiasaan merokok

 



                       
            Keterangan :
                                                            :           Variabel independen
                                                            :           Variabel depdenden
                                                      :           Hubungan antar variabel
                                                                       


G.      Definisi Operasional
1.    Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada remaja merupakan gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang tidak disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur berulang selama fase siklus haid menghilang selama waktu haid yang tersisa.
Alat ukur                     : kuesioner
Hasil ukur                   : 0 : Mengalami Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
                               1 : Tidak mengalami Pre-Menstrual Syndrome
(PMS)
2.    Pola hidup merupakan gaya hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya.
Alat ukur                       : kuesioner
Hasil ukur                     : 0 : Kurang ,jika responden memperoleh skor <5
1 : Baik, jika responden memperoleh skor >5
H.      Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara variabel.


Informasi dan data dari penelitian ini dikumpulkan melalui pemberian kuesioner pada siswi SMPN 9 Watampone Kecamatan Tenete Riattang Barat Kabupaten Bone. Setelah diperoleh data kemudian dianalisis untuk mencari ada tidaknya hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS) pada remaja.
2.    Populasi dan Sampel
a.         Populasi
                          Populasi dalam peneltitan adalah subjek (misalnya manusia : klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam. 2013: 169).  Pada penelitian populasi aktualnya adalah siswi kelas VIII di SMPN 9 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone pada bulan agustus 2015 sebanyak 65 orang.

b.         Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian. (Nursalam, 2013 : 171). Dalam penelitian ini subyek yang dijadikan sampel menggunakan estimasi, apabila jumlah sampel kurang dari seratus, maka jumlah sampel diambil secara keseluruhan (total sample) sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Jadi, besar sampel diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 65 responden.


3.        Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket pada 60  siswi kelas VIII di SMPN 9 Watampone, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti.
4.        Teknik Pengolahan Data
         Menurut Notoatmodjo (2010 : 176-178), pengolahan data dengan komputer antara lain :
a)        Editing, hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
b)        Coding, setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c)        Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing, data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.
d)       Pembersihan Data (Cleaning ), apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.   

5.      Teknik Analisa data

Analisis  data  dilakukan  dengan  dua  tahapan  yaitu  analisis  univariat  dan analisis bivariat (Notoatmodjo, 2010 : 182-183).
a.       Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


b.      Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk melihat apakah ada hubungan antara pola hidup tentang dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
I.         Tempat dan Waktu  Penelitian
1.    Lokasi
              Lokasi penelitian akan dilakukan di SMPN 9 Watampone kecamatan tanete riattang barat kabupaten Bone.
2.      Waktu
              Waktu penelitian akan dilakukan mulai        bulan September-Oktober  2015.
J.        Instrument Pengumpulan Data
      Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2010 : 152), kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu.
K.      Perlindungan Subjek Manusia (Etik)
      Menurut Hidayat (2008 : 93-95), masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.


Setiap penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden terlindungi, kemudian kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1.      Informent Consent
Informent consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informent consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informent consent ini bertujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan.
2.      Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dalam penelitian ini.
3.      Confidentiality (Kerahasiaan hasil)
Subbab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakandalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Penelitian ini kerahasiaan hasil /  informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subyek akan dijamin oleh peneliti.


L.       Rancana Isi
Rencana isi pada tahap akhir penelitian ini dalah sebagai berikut:
BAB       Satu      : 1.   Latar Belakang
                                     2.   Rumusan Masalah
                                     3.   Tujuan Penelitian
                                     4.   Manfaat Penelitian
BAB       Dua       : Tinjauan pustaka mengenai tinjauan umum masalah  hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS).
BAB       Tiga      : Kerangka konseptual dan hipotesis
BAB       Empat   : Metode penelitian yang meliputi :
1.     Desain Penelitian
2.     Populasi dan Sampel
3.     Teknik Pengumpulan Data
4.     Analisa Data
BAB       Lima     : Hasil dan Pembahasan mengenai karakteristik responden serta hubungan pola hidup dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
BAB       Enam    : Kesimpulan dan Saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar