HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN
KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI DI KELURAHAN MATTIRO WALIE KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT
KABUPATEN BONE
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : KARTINA
NIM : 11 14201 007
STIKES
PUANGRIMAGGALATUNG BONE
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian yang
berjudul “hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di kelurahan
Mattiro Walie Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone“ . Penyusunan
proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan.
Penulis
sampaikan terima kasih kepada Bapak A.Pasinringi,SKM.M.kes ,M.Epid, selaku
dosen yang telah memberikan bimbingan. Penulis memahami sepenuhnya bahwa
proposal ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal
ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih
baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat.
Watampone,
23 november 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berdasarkan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013 kejadian hipertensi yaitu 45.187
kejadian terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206 (7,1%)
hipertensi sekunder. Sementara kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes
Kelurahan Mattiro Walie dari tahun ke
tahun pun mengalami peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja
PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada
tahun 2011 tercatat terdapat 671 kasus hipertensi, sedangkan pada tahun 2012
kejadian hipertensi meningkat menjadi 732 kasus dan pada tahun 2013 terjadi
lagi peningkatan kasus hipertensi menjadi 912 kasus. Peningkatan kasus
hipertensi yang terjadi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie ini
perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tingginya
kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara mendalam
dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya
kajian mengenai hipertensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie
Kabupaten Bone Tahun 2014”.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian
dengan kejadian hipertensi ?
2.
Bagaimana pengaruh gaya hidup dan kepribadian dengan
kejadian hipertensi ?
3.
Bagaimana pola gaya hidup dan kepribadian yang baik ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Diketahuinya
hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2.
Tujuan Khusus
a.
Diketahuinya gambaran kejadian hipertensi di wilayah
kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie
Kabupaten Bone tahun 2014
b.
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan
kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014
c. Diketahuinya pola gaya hidup dan
kepribadian yang baik
D. Manfaat
1. Bagi PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie
sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
2. Bagi Pasien Hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit
hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya tentang penyakit hipertensi.
4.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang
penyakit hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Defnisi
a. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
b. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007).
c. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi,
2008).
2. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab
hipertensi adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun
d. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Jenis
hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan
pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama,
setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
untuk juga menderita penyakit ini.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya,
penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit
jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
5. Klasifikasi hipertensi
a.
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint
National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of
High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika
Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya
dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
kardiovaskuler.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah
|
Tekanan darah Sistol (mmHg)
|
Tekanan darah Diastol (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
Dan < 80
|
Prehipertensi
|
120-139
|
Atau 80-89
|
Hipertensi
stadium 1
|
140-159
|
Atau 90-99
|
Hipertensi
stadium 2
|
> 160
|
Atau > 100
|
(Sumber: Crea, 2008:8)
b.
WHO dan ISHWG (International
Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam
klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi
sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori
|
Sistol
|
Diastol
|
Optimal
Normal
Normal –
tinggi
|
< 120
< 130
130 – 139
|
< 80
< 85
85 – 89
|
Tingkat 1
(hipertensi ringan)
Sub grup:
perbatasan
|
140 – 159
140 – 149
|
90 – 99
90 – 94
|
Tingkat 2
(hipertensi sedang)
|
160 – 179
|
100 – 109
|
Tingkat 3
(hipertensi berat)
|
≥ 180
|
≥ 110
|
Hipertensi
sistol terisolasi
Sub-gruo:
perbatasan
|
≥ 140
140 – 149
|
< 90
< 90
|
(Sumber: Crea, 2008:9)
c. Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan
Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran
tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus
Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori tekanan darah
|
Tekanan darah Sistol (mmHg)
|
Tekanan darah Diastol (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
Dan < 80
|
Prehipertensi
|
120 – 139
|
Atau 80-89
|
Hipertensi
stadium 1
|
140 – 159
|
Atau 90-99
|
Hipertensi
stadium 2
|
> 160
|
Atau > 110
|
Hipertensi
sistol terisolasi
|
≥ 140
|
< 90
|
(Sumber: Crea, 2008:9)
6. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009),
gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
a.
Gejala
ringan seperti pusing atau sakit kepala
b.
Sering
gelisah
c.
Wajah merah
d.
Tengkuk
terasa pegal
e.
Mudah marah
f.
Telinga
berdengung
g.
Sukar tidur
h.
Sesak napas
i.
Rasa berat
di tengkuk
j.
Mudah lelah
k.
Mata
berkunang-kunang
l.
Mimisan (
keluar darah dari hidung).
7. Faktor yang
mempengaruhi hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor
resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya
hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2)
Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus.
Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu
dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus
, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering
terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar
50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3)
Keturunan
(Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008),
mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam
keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan
darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya
selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang
anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
b.
Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1)
Obesitas
Pada usia
pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,itu sebabnya berat badan meningkat.
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian
disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai
berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
2)
Kurang
olahraga
Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan
darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan
sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan
fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat
untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi,
jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban
waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan
wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik
dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3)
Kebiasaan
Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51%
subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4)
Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).
5)
Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6)
Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
– 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan
antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
8. Komplikasi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi
membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding
pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Berikut beberapa kompliasi
hipertensi,antara lain :
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut,
seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung,
otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang
mengeras ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart
failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system
listrik jantung.
c.
Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah
menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi
perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat
sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d.
Kerusakan
ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju
ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali
kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e.
Kerusakan
penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
9.
Pencegahan hipertensi
Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan
yang baik (stop High Blood Pressure),
antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam
sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas)
dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan
kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak
dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol
darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam
dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
4. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga
secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh
nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot
tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik
sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju,
gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan
hipertensi.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar.
6. Tidak merokok dan minum alkohol.
7. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi
berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
8. Berusaha membina hidup yang positif.
10. Makanan yang
diperbolehkan
Makanan yang
diperbolehkan ,antara lain :
a. Bayam
Bayam merupakan sumber
magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari penyakit jantung,
tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah.
b. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti
kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium
dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
c. Pisang
Buah ini tidak hanya
menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang
mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
d. Kedelai
Banyak sekali keuntungan
mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah menurunkan
kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
e. Kentang
Nutrisi dari kentang sering
hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral,
serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk
menstabilkan tekanan darah.
f. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan
senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat
oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
11. Makanan yang
tidak diperbolehkan
Makanan yang
diperbolehkan ,antara lain :
a. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
b. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan
dengan menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet,
dan ebi.
c. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin,
asinan, acar.
d. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
e. Margarin dan mentega biasa.
f. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis,
tauco.
B. Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
dapat bersifat pasif maupun aktif (melakukan tindakan) (Maulana, 2009).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat
diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala yang tampak pada
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama
perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan
merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Sudarma,
2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada
diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang
penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.
C. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan
lingkungan. Becker (1979) dalam
Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri
dari:
1.
Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
mencakup antara lain:
a.
Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
b.
Olahraga
teratur
c.
Tidak
merokok
d.
Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e.
Istirahat yang cukup
f.
Mengendalikan stress
g.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
2.
Perilaku
sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit,
dan sebagainya.
3.
Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya).
D. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup sehat
menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara
kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau
minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami.
E.
Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola
tingkah laku yang aktual dan potensial yang ditentukan oleh bawaan dan
lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari aspek kognitif
dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa kepribadian
adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan
dimulai sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.
F. Kerangka Konsep
Kerangka
konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
yang diteliti adalah gaya hidup dan kepribadian. Hal tersebut diangkat dari
teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang untuk mencapai derajat kesehatannya.
Artinya bahwa penyakit hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh
gaya hidup dan kepribadian seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan
hal tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada
diagram berikut:
Variabel Bebas
Variabel Terikat
(Independen) (Dependen)
Variabel
Penelitian
Variabel
penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu
konsep tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variable independen (variabel bebas)
dan variable dependen (variabel
terikat). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah gaya hidup dan kepribadian, sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kejadian hipertensi.
Definisi Operasional
Definisi operasional
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian
dengan Kejadian Hipertensi
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
Gaya hidup
|
Pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya
|
Angket
|
Kuisioner
|
0 = Berisiko, jika
memiliki kebiasaan merokok/ minum beralkohol/ minum kopi/ kurang olah raga
1 = Tidak berisiko, jika tidak memiliki kebiasaan merokok, minum
beralkohol, minum kopi dan kebiasaan
olah raga teratur
|
Ordinal
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
2
|
Kepribadian
|
Karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya
konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku
|
Angket
|
Kuisioner
|
0 = Kepribadian introvert
1 = Kepribadian
ekstrovert
|
Nominal
|
3
|
Kejadian Hipertensi
|
Keadaan responden dengan tekanan darah >
140/90 mmHg
|
Angket
|
Kuisioner
|
0 = Hipertensi, jika
tekanan darah > 140/90 mmHg
1 = Tidak hipertensi,
jika tekanan darah < 140/90 mmHg
|
Ordinal
|
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan
antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah PosKesDes Kelurahana
Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2. Ada hubungan
antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes
Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
A. Desain dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian analitik
kuantitatif dengan pendekatan case control yaitu suatu
penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan pada
saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya pada
waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie.
Populasi dalam penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu populasi
kontrol dan populasi kasus. Populasi kasus adalah penduduk yang mempunyai
hipertensi. Sedangkan populasi kontrolnya adalah penduduk yang memiliki riwayat
keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006). Sampel dalam
penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari 25 sampel kasus dan
25 sampel kontrol.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu sampel
ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan jumlah
sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kriteria
inklusi
Kriteria
inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani pengobatan
penyakit tertentu (diet dan sebagainya).
a. Kriteria
eksklusi
Kriteria
eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah kerja
PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie yang
tidak bisa membaca dan menulis atau memahami kuesioner.
C.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie bulan november - desember tahun 2014.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner untuk mengukur variabel
dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada bulan november 2014. Setelah
didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data dengan teknik
angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie
.
E.
Etika Penelitian
Etika penelitian
yang meliputi (Arikunto, 2006):
1.
Informed
Concent, diberikan sebelum melakukan
penelitian. Informed concent adalah
lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2.
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
3.
Confidentiality,
kerahasiaan informasi responden dijamin oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.
F. Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai
berikut:
1.
Editing (pemeriksaan
data), langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data,
kesinambungan data dan keseragaman data.
2.
Coding (pengkodean),
tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan pemberian data, maka
pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
3.
Transfering (pemindahan
data), memindahkan data ke dalam tabel master penelitian.
4.
Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data
sesuai dengan variabel yang diteliti, guna memudahkan dalam analisis.
5.
Mengeluarkan informasi yang dibutuhkan.
G. Analisa Data
1.
Analisa
Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil
yang diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel-variabel yang ada, dalam
penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi proporsi (Sugiyono, 2009).
2.
Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
LAMPIRAN
Lampiran
1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yang terhormat,
Bapak/Ibu
di PosKesDes / PosKesLu
Saya adalah mahasiswa
Program S1 Keperawatan STIKes Puangrimaggalatung Bone , saat ini sedang menyelesaikan
tugas riset keperawatan. Dalam rangka mengumpulkan data, saya memohon kesediaan
dan bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Hasil dari
kuesioner ini sepenuhnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan
Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja PosKesDes Kabupaten Bone tahun 2014”.
Jawaban kuesioner ini akan terjamin
kerahasiannya, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan nama. Mengingat
keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada kelengkapan jawaban,
dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Bapak/Ibu dapat diberikan selengkap
mungkin.
Kejujuran serta kesungguhan Bapak/Ibu
dalam mengisi kuesioner ini akan sangat berarti dan sangat saya hargai. Atas
kesediaan serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Watampone ,
23 november 2014
Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama :………………………….
Alamat :………………………….
Dengan ini menyatakan dengan
sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan mengenai tujuan, manfaat,
dan prosedur dari penelitian ini dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan
Mattiro Walie Wilayah Kerja PosKesDes Kabupaten Bone Tahun 2014”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan
sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Watampone, 23 november 2014
Yang menyatakan,
…………………………….
(Responden)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan gaya hidup dan kepribadian
dengan kejadian hipertensi
di kelurahan Mattiro walie wilayah kerja
PusKesDes
Kabupaten Bone Tahun 2014
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2.
Inisial Responden :
______________________
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
4. Umur Responden : ……..tahun
5. Apakah Anda mempunyai riwayat
keluarga hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
B. Gaya
Hidup
Petunjuk :
Jawablah
pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan
dan pendapat anda!
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Apakah
anda mempunyai kebiasaan merokok?
|
||
2.
|
Apakah
anda mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol?
|
||
3.
|
Apakah
menurut anda kebiasaan minum kopi tidak akan mengganggu kesehatan jika kita
mengkonsumsinya tidak berlebihan/terlalu banyak?
|
||
4.
|
Apakah
anda suka melakukan olahraga secara teratur?
|
C. Tipe
Kepribadian
Petunjuk:
Jawablah
pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan
anda!
NO
|
PERNYATAAN
|
Jawaban
|
|
BENAR
|
SALAH
|
||
1
|
Saya suka berbicara di depan umum
|
||
2
|
Saya merasa tidak nyaman sebagai pusat
perhatian
|
||
3
|
Saya suka bersosialisasi dengan banyak
orang
|
||
4
|
Saya lebih suka berbicara secara
personal dengan orang lain
|
||
5
|
Saya suka memberi kejutan
|
||
6
|
Saya lebih suka di rumah dan membaca
buku
|
||
NO
|
PERNYATAAN
|
Jawaban
|
|
BENAR
|
SALAH
|
||
7
|
Saya suka memainkan permainan yang ramai
dan penuh tantangan
|
||
8
|
Jika sedang melakukan sesuatu saya tidak
suka diganggu
|
||
9
|
Saya sering bertindak sesuai dengan
dorongan hati saya
|
||
10
|
Saya perlu suasana yang tenang untuk
bekerja secara efektif
|
||
11
|
Kadang-kadang saya sering mengatakan sesuatu
tanpa berfikir terlebih dahulu
|
||
12
|
Saya memiliki beberapa orang yang
benar-benar merupakan teman baik saya
|
D.
Hipertensi
1. Apakah
Anda pernah mendengar istilah darah tinggi (hipertensi) sebelumnya?
a. Pernah
b. Belum pernah
2. Tekanan
darah Anda (hasil pemeriksaan yang terakhir) = ……/….. mmHg
3. Apakah
Anda sering memeriksakan tekanan darah ke Puskesmas?
a. Ya
b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A.
M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.
Andra. 2007. Ancaman Serius
Hipertensi di Indonesia. http://www.majalah-farmacia.com, diakses 27 Maret 2012.
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa
Puskemas Bangkiang periode Januari sampai Juni 2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com, diakses tanggal 2 April 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian:
Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya.
Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol,
Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari
Bungo Tanjung Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam
dan Konsumsi Energi dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30
Tahun di Desa Pasar Banggi Rw 4 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
Semarang: Universitas Muhammdiyah.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Parkinson, M. 2004. Test
Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner Kepribadian. Solo:
Tiga Seragkai.
Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kak bab 4 nya mana ya
BalasHapusKak cara penilaian kuisionernya gimana kak?
BalasHapus