Rabu, 27 April 2016

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TENTANG HIPERTENSI



HUBUNGAN     GAYA    HIDUP    DAN     KEPRIBADIAN    DENGAN   KEJADIAN  HIPERTENSI  DI  KELURAHAN   MATTIRO WALIE KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT KABUPATEN BONE



D
I
S
U
S
U
N

OLEH


NAMA                 : KARTINA
NIM                     : 11 14201 007




STIKES PUANGRIMAGGALATUNG BONE
2014 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul “hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di kelurahan Mattiro Walie Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone“ . Penyusunan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan.
            Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak A.Pasinringi,SKM.M.kes ,M.Epid, selaku dosen yang telah memberikan bimbingan. Penulis memahami sepenuhnya bahwa proposal ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat.





Watampone, 23 november 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013 kejadian hipertensi yaitu 45.187 kejadian terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206 (7,1%) hipertensi sekunder. Sementara kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  dari tahun ke tahun pun mengalami peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 671 kasus hipertensi, sedangkan pada tahun 2012 kejadian hipertensi meningkat menjadi 732 kasus dan pada tahun 2013 terjadi lagi peningkatan kasus hipertensi menjadi 912 kasus. Peningkatan kasus hipertensi yang terjadi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tingginya kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara mendalam dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian mengenai hipertensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  Kabupaten Bone Tahun 2014”.
B.     Rumusan masalah
1.      Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
2.      Bagaimana pengaruh gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
3.      Bagaimana pola gaya hidup dan kepribadian yang baik ?

C.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya gambaran kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  Kabupaten Bone tahun 2014
b.      Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014 
c.       Diketahuinya pola gaya hidup dan kepribadian yang baik

D.    Manfaat

1.      Bagi PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie 
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
2.      Bagi Pasien Hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi.
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang penyakit hipertensi.
4.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang penyakit hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Hipertensi
1.    Defnisi
a.    Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
b.    Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007).
c.    Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).
2.    Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a.       Elastisitas dinding aorta menurun
b.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.       Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah  berumur 20 tahun
d.       Kehilangan elastisitas pembuluh darah
e.        Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3.    Jenis hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a.       Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui  penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.
b.      Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
4.    Patofisiologi
Mekanisme  yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
5.    Klasifikasi hipertensi
a.    Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah
Tekanan darah Sistol (mmHg)
Tekanan darah Diastol (mmHg)
Normal
< 120
Dan < 80
Prehipertensi
120-139
Atau 80-89
Hipertensi stadium 1
140-159
Atau 90-99
Hipertensi stadium 2
> 160
Atau > 100

(Sumber: Crea, 2008:8)
b.    WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori
Sistol
Diastol
Optimal
Normal
Normal – tinggi
< 120
< 130
130 – 139
< 80
< 85
85 – 89
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
Sub grup: perbatasan
140 – 159
140 – 149
90 – 99
90 – 94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160 – 179
100 – 109
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
Sub-gruo: perbatasan
≥ 140
140 – 149
< 90
< 90

(Sumber: Crea, 2008:9)
c.    Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3   Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori tekanan darah
Tekanan darah Sistol (mmHg)
Tekanan darah Diastol (mmHg)
Normal
< 120
Dan < 80
Prehipertensi
120 – 139
Atau 80-89
Hipertensi stadium 1
140 – 159
Atau 90-99
Hipertensi stadium 2
> 160
Atau > 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
< 90

(Sumber: Crea, 2008:9)
6.    Manifestasi klinis
            Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut  Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
a.       Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b.      Sering gelisah
c.       Wajah merah
d.      Tengkuk terasa pegal
e.       Mudah marah
f.       Telinga berdengung
g.      Sukar tidur
h.      Sesak napas
i.        Rasa berat di tengkuk
j.        Mudah lelah
k.      Mata berkunang-kunang
l.        Mimisan ( keluar darah dari hidung).
7.    Faktor yang mempengaruhi hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi  yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a.       Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1)   Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.  Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009). 
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007). 
2)   Umur
         Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3)   Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu  akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.  Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
b.         Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1)      Obesitas
      Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,itu  sebabnya berat badan meningkat.
                  Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
                                                            Berat Badan (kg)
                             IMT = ------------------------------------------------
                                         Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
2)      Kurang olahraga
      Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3)      Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4)       Mengkonsumsi garam berlebih
                  Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5)       Minum alkohol
        Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu  faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6)       Minum kopi
           Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7)  Stress
        Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
8.    Komplikasi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Berikut beberapa kompliasi hipertensi,antara lain :
a.       Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
b.      Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
c.       Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d.      Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e.       Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
9.    Pencegahan hipertensi
     Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
1.      Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.
2.      Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
3.      Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
4.       Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5.      Makan banyak buah dan sayuran segar.
6.      Tidak merokok dan minum alkohol.
7.      Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
8.      Berusaha membina hidup yang positif.
10.     Makanan yang diperbolehkan
Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :
a.       Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah.
b.      Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
c.       Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
d.      Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
e.       Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
f.       Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu  menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.
11.     Makanan yang tidak diperbolehkan
Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :
a.       Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
b.      Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.
c.       Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan, acar.
d.      Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
e.       Margarin dan mentega biasa.
f.       Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis, tauco.    
B.  Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif maupun aktif (melakukan tindakan) (Maulana, 2009).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Sudarma, 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.
C.  Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:
1.      Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain:
a.       Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
b.       Olahraga teratur
c.        Tidak merokok
d.      Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e.       Istirahat yang cukup
f.       Mengendalikan stress
g.      Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
2.       Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
3.      Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya).
D.  Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).  Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
E.   Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial yang ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.
F.   Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang diteliti adalah gaya hidup dan kepribadian. Hal tersebut diangkat dari teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang untuk mencapai derajat kesehatannya. Artinya bahwa penyakit hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh gaya hidup dan kepribadian seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
  
            Variabel Bebas                                                          Variabel Terikat
        (Independen)                                                                       (Dependen) 

              Variabel Penelitian
            Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel bebas) dan variable dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaya hidup dan kepribadian, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
       Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1         Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi

No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1
2
3
4
5
6
7
1
Gaya hidup
Pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya
Angket
Kuisioner
0 = Berisiko, jika memiliki kebiasaan merokok/ minum beralkohol/ minum kopi/ kurang olah raga
1 = Tidak berisiko, jika tidak memiliki kebiasaan merokok, minum beralkohol, minum kopi dan  kebiasaan olah raga teratur

Ordinal
1
2
3
4
5
6
7
2
Kepribadian
Karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku
Angket
Kuisioner
0 = Kepribadian introvert
1 = Kepribadian ekstrovert
Nominal
3
Kejadian Hipertensi
Keadaan responden dengan tekanan darah > 140/90 mmHg
Angket
Kuisioner
0 = Hipertensi, jika tekanan darah > 140/90 mmHg
1 = Tidak hipertensi, jika tekanan darah < 140/90 mmHg
Ordinal

Hipotesis Penelitian
1.      Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah PosKesDes Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2.      Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.




BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.    Desain dan jenis penelitian
               Penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan case control  yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).
B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
      Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie. Populasi dalam penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu populasi kontrol dan populasi kasus. Populasi kasus adalah penduduk yang mempunyai hipertensi. Sedangkan populasi kontrolnya adalah penduduk yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.
2.      Sampel
      Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari 25 sampel kasus dan 25 sampel kontrol.
3.      Teknik Pengambilan Sampel
      Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan jumlah sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani pengobatan penyakit tertentu (diet dan sebagainya).
a.       Kriteria eksklusi
      Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  yang tidak bisa membaca dan menulis atau memahami kuesioner.
C.     Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie bulan november - desember tahun 2014.
D.    Teknik Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada bulan november 2014. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  .
E.     Etika Penelitian
Etika penelitian yang meliputi (Arikunto, 2006):
1.      Informed Concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed concent adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2.      Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
3.      Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
F.      Pengolahan Data 
Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:
1.      Editing (pemeriksaan data), langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.
2.      Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
3.      Transfering (pemindahan data), memindahkan data ke dalam tabel master penelitian.
4.      Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti, guna memudahkan dalam analisis.
5.      Mengeluarkan informasi yang dibutuhkan.
G.    Analisa Data
1.       Analisa Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi proporsi (Sugiyono, 2009).
2.      Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.



LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang terhormat,
Bapak/Ibu
di PosKesDes / PosKesLu

Saya adalah mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKes Puangrimaggalatung Bone , saat ini sedang menyelesaikan tugas riset keperawatan. Dalam rangka mengumpulkan data, saya memohon kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Hasil dari kuesioner ini sepenuhnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian tentang Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja  PosKesDes Kabupaten Bone tahun 2014”.
Jawaban kuesioner ini akan terjamin kerahasiannya, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan nama. Mengingat keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada kelengkapan jawaban, dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Bapak/Ibu dapat diberikan selengkap mungkin.
Kejujuran serta kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini akan sangat berarti dan sangat saya hargai. Atas kesediaan serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.






Watampone , 23 november 2014


Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN


Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama               :………………………….
Alamat                        :………………………….

Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan judul Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja PosKesDes Kabupaten Bone Tahun 2014”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.









Watampone, 23 november 2014 
Yang menyatakan,



…………………………….
(Responden)






Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi
di kelurahan Mattiro walie wilayah kerja PusKesDes
Kabupaten Bone Tahun 2014


A. Identitas Responden
          1. Nomor Responden                :
          2. Inisial Responden                  : ______________________
          3. Jenis Kelamin                        :           Laki-laki
                                                                        Perempuan
          4. Umur Responden                  : ……..tahun
          5. Apakah Anda mempunyai riwayat keluarga hipertensi?
            a. Ya
            b. Tidak
B. Gaya Hidup
          Petunjuk :
   Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan dan pendapat anda!

No
Pertanyaan
Jawaban
Ya
Tidak
1.
Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok?


2.
Apakah anda mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol?


3.
Apakah menurut anda kebiasaan minum kopi tidak akan mengganggu kesehatan jika kita mengkonsumsinya tidak berlebihan/terlalu banyak?


4.
Apakah anda suka melakukan olahraga secara teratur?



C. Tipe Kepribadian
          Petunjuk:
   Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan anda!

NO
PERNYATAAN
Jawaban
BENAR
SALAH
1
Saya suka berbicara di depan umum


2
Saya merasa tidak nyaman sebagai pusat perhatian


3
Saya suka bersosialisasi dengan banyak orang


4
Saya lebih suka berbicara secara personal dengan orang lain


5
Saya suka memberi kejutan


6
Saya lebih suka di rumah dan membaca buku


NO
PERNYATAAN
Jawaban
BENAR
SALAH
7
Saya suka memainkan permainan yang ramai dan penuh tantangan


8
Jika sedang melakukan sesuatu saya tidak suka diganggu


9
Saya sering bertindak sesuai dengan dorongan hati saya


10
Saya perlu suasana yang tenang untuk bekerja secara efektif


11
Kadang-kadang saya sering mengatakan sesuatu tanpa berfikir terlebih dahulu


12
Saya memiliki beberapa orang yang benar-benar merupakan teman baik saya





D. Hipertensi
              1. Apakah Anda pernah mendengar istilah darah tinggi (hipertensi) sebelumnya?
                        a. Pernah
                        b. Belum pernah
              2. Tekanan darah Anda (hasil pemeriksaan yang terakhir) = ……/….. mmHg
              3. Apakah Anda sering memeriksakan tekanan darah ke Puskesmas?
                        a. Ya
                        b. Tidak


 
 


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.
Andra. 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. http://www.majalah-farmacia.com, diakses 27 Maret 2012.
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa Puskemas Bangkiang periode Januari sampai Juni 2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com, diakses tanggal 2 April 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya.
Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kumar, 2005. Hipertensi Penyakit Vaskuler. http://www.medicine.com/, diakses tanggal 12 Maret 2012.
Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam dan Konsumsi Energi dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30 Tahun di Desa Pasar Banggi Rw 4 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Muhammdiyah.  
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Parkinson, M. 2004. Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai.
Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2 komentar: