MAKALAH KELOMPOK III
DISUSUN OLEH :
Riskah
Kartina
Nilawati
Ayuliana
Nur
alang
Kartoleksono
Syarifuddin
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG BONE
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Hidung terdiri dari bagian
internal dan eksternal. Bagian eksternal
disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior (lubang hidung)
merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung. Bagian internal hidung adalah
rongga berlorong yang disahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit yang sempit yang disebut septum. Masing-masing
rongga hidung dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasai (juga
disebut konkha) dari dinding lateral.
Rongga hidung dilapisi dengan membrean mukosa yang sangat banyak dengan
membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang
melapisi permukaan luar mukosa hidung dan bergerak kebelakan ke nasofaring oleh
gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup kedalam paru-paru. Hidung
bertanggung jawab terhadap olfaktori ( penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertumbuhan
usia.
B.
Rumusan masalah
Dengan
memperhatikan nlatar belakang tersebut, agar dalam penulissan ini penulis
memperoleh yang diinginkan, makan penulis mengemukakan beberapa rumusan
masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1.
Apakah definisi hidung itu?
2. Bagaimana
anatomi hidung?
3. Apakah
fungsi hidung?
4. Bagaimana
cara merawat hidung?
5. Apa saja
kelainan dan penyakit hidung?
C.
Tujuan
Tujuan Umum
Mengerti
cara perawatan hidung padam pasien dan kelainan serta penyakit hidung
Tujuan Khusus :
1.
Untuk mengetahui definisi hidung
2. Untukl
mengetahui anatomi hidung
3. Untuk
mengetahui fungsi hidung
4. Untuk
mengetahui cara memeriksa atau merawat hidung
5. Untuk
mengetahui kelainan dan penyakit hidung
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
hidung
Hidung merupakan
organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru.Hidung
juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya
sinus paranasalis dan saluran air mata.
Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan (kartilago).Di dalam hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh septum, yang membentang dari lubang hidung sampai ke tenggorokan bagian belakang.Tulang yang disebut konka nasalis menonjol ke dalam rongga hidung, membentuk sejumlah lipatan.
Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah permukaan yang dilalui udara.
Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan (kartilago).Di dalam hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh septum, yang membentang dari lubang hidung sampai ke tenggorokan bagian belakang.Tulang yang disebut konka nasalis menonjol ke dalam rongga hidung, membentuk sejumlah lipatan.
Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah permukaan yang dilalui udara.
Rongga hidung
dilapisi oleh selaput lendir dan pembuluh darah.
Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh darah memungkinkan hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk dengan segera.
Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti rambut (silia).Biasanya kotoran yang masuk ke hidung ditangkap oleh lendir, lalu disapu oleh silia ke arah lobang hidung atau ke tenggorokan. Cara ini membantu membersihkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru.Bersin secara otomatis membersihkan saluran hidung sebagai respon terhadap iritasi, sedangkan batuk membersihkan paru-paru.Sel-selpenghidu terdapat di rongga hidung bagian atas.Sel-sel ini memiliki silia yang mengarah ke bawah (ke rongga hidung) dan serat saraf yang mengarah ke atas (ke bulbus olfaktorius, yang merupakan penonjolan pada setiap saraf olfaktorius/saraf penghidu).Saraf olfaktorius langsung mengarah ke otak.
Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh darah memungkinkan hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk dengan segera.
Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti rambut (silia).Biasanya kotoran yang masuk ke hidung ditangkap oleh lendir, lalu disapu oleh silia ke arah lobang hidung atau ke tenggorokan. Cara ini membantu membersihkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru.Bersin secara otomatis membersihkan saluran hidung sebagai respon terhadap iritasi, sedangkan batuk membersihkan paru-paru.Sel-selpenghidu terdapat di rongga hidung bagian atas.Sel-sel ini memiliki silia yang mengarah ke bawah (ke rongga hidung) dan serat saraf yang mengarah ke atas (ke bulbus olfaktorius, yang merupakan penonjolan pada setiap saraf olfaktorius/saraf penghidu).Saraf olfaktorius langsung mengarah ke otak.
B.
Anatomi hidung
Rongga
hidung mempunyai tiga lapisan yang dipisahkan oleh tulang. Rongga atas berisi
ujung-ujung cabang saraf cranial, yaitu saraf olfaktori (saraf pembau).Hidung
terlindung dari lapisan tulang rawan dan bagian rongga dalam mengandung sel-sel
epitel yang berfungsi untuk menerima rangsang kimia. Bagian tersebut dilengkapi
lendir dan rambut-rambut pembau. Hidung merupakan salah satu dari panca indra
yang berfungsi sebagai indra pembau. Indra pembau berupa kemoreseptor yang
terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.Epitelium pembau
mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak
sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan
epitelium mengandung beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan
kimia bau-bauan di udara.
Bulu hidung
di dalam kaviti hidung menapis debu dan mikroorganisma dari udara yang masuk
dan lapisan mukus yang memerangkapnya. Bekalan darah yang banyak ke membran
mukus membantu mengawal udara yang masuk menjadi hampir sama dengan suhu badan
di samping melembabkannya. Selain itu hidung juga berfungsi sebagai organ untuk
membau kerana reseptor bau terletak di mukosa bahagian atas hidung. Hidung juga
membantu menghasilkan dengungan (fonasi).
C. Perawatan
hidung
Klien biasanya
mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam dengan
tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Perawat mencegah
klien jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan
yang dapat menciderai mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar,iritasi mukosa
,atau kekeringan.
Jika klien
tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu dengan menggunakan waslap
basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam air. Aplikator
seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang
berlebihan dapat juga dibuang dengan pengisap.Jika klien menggunakan selang
makan atau suksion dimsukkan ke dalam melalui hidung maka perawat harus mengganti
plester yang mengikat selang minimal sekali sehari. Jika plester lembab karena
sekresi nasal,kulit dan mukosa dapat dengan mudah maserasi. Gerakan keatas dan
kebawah dari selang menyebabkan cedera jaringan. Perawat harus mengetahui
bagaimana melekatkan selang dengan tepat untuk meminimalkan tegangan atau
friksi pada lubang hidung. Jika cidera jaringan terjadi, maka perlu melepas
selang dan memasukkan selang pada lubang hidung yang lain. Perawat harus selalu
membersihkan lubang hidung dengan teliti disekitar selang karena ditempat
tersebut terdapat sekresi yang menggumpal.
D. Fungsi hidung
1. Membentuk
muka
2. Memanaskan
dan melembabkan udara yang diinspirasi melalui hidung, oleh karena konka kaya
akan pembuluh darah.
3. Oleh karena
banyak banyak kelenjar di selaput lendir hidung, udara pernapasan basah.
4. Kuman dan
debu ditangkap oleh bulu, di dorong oleh silia atau dibinasakan oleh hormon
lisosom yang diproduksi oleh mukosa (selaput lendir) hidung.
5. Mencium bau
6. Untuk
bernapas
7. Resonasi
suara, bila hidung tersumbat suara akan sengau
8. Menampung
alira ingus dar sinus paranasal dan saluran air mata
9. Benda asing
berukuran kecil yang masuk ke dalam hidung akan dikeluarkan dengan bersin.
E. Cara memeriksa hidung
Pasien duduk di depan pemeriksa di
kursi yang dapat digerakkan ke kiri dan kanan. Pada pemeriksaan yang bekerja
dengan tangan kanan (tidak kidal), spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri
untuk membuka rongga hidung,guna melihat keaadan hidung. Hidung harus
diperhatikan dengan seksama dari atas sampai kebawah,dengan menggerakkan kepala
pasien. Dengan tangan kanan dapat dilakukan tindakan,seperti mengambil benda
asing atau mengambil sekret untuk melihat keaadan bagian lain hidung, maka
dimasukkan kapas yang ditambah dengan adrenalin serta pantokain 2% (atau
xilokain 2%) ke dalam rongga hidung untuk 3-5 menit. Sebelum kapas itu
diteteskan obat, kapas digulung, kemudian dibakar sedikit, untuk
mensterilkannya setelah itu diteteskan adrenalin dan xilokain. Setelah kapas
dikelurkan lagi, biasanya rongga hidung akan luas, sehingga kita dapat
memeriksa bagian hidung dengan baik. Bila tampak sekret keluar dari metaus
medius, yang berarti dari sinus sekitar hidung, dapat diisap keluar dengan alat
penghisap.
F.
Gejala
Kelainan Hidung
1.
Sumbatan hidung. Hidung tersumbat, mungkin sebelah
hidung, atau kedua hidung tersumbat terus menerus atu bergantian. Sumbatan itu
dapat disebabkan oleh septum yang tidak lurus, pembesaran konka, benda asing,
polip atau tumor.
2.
Ingus di hidung. Ingus bisa encer, atau kental,
bernanah dan kadang-kadang berbau.
3.
Suara sengau (bindeng), oleh karena hidung tersumbat.
4.
Sering bersin
5.
Nyeri di hidung. Bila ada infeksi atau tumor
6.
Hidung berdarah (epistaksis)
7.
Hilang penciuman (anosmia)
8.
Bernapas melalui mulut, karena hidung tersumbat
Proses
Indera Penciuman Manusia
Di dalam
rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel pembau. Pada
sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus
alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf
pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat-zat
kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi mencapai
reseptor pembau.
Zat ini
dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein
membran pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson.
Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak
(olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk
ke rongga hidung kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius
dan impuls dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk
diinterpretasikan.
KONSEP
MEDIS POLIP HIDUNG
A.
Anatomi
fisiologi
Menurut
Drs.H.Syaifuddin hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama,mempunyai dua lubang (kavum nasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum
nasi).Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara ,debu
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.Bagian-bagian dari hidung adalah sebagai
berikut:
1.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2.
Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang
rawan.
3.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang
berlipat lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis),yang berjumlah 3
buah:
a.
Konka
nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b.
Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c.
Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Di antara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu:
1)
Meatus superior (lekukan bagian atas)
2)
Meatus medialis (lekukan bagian tengah)
3)
Meatus inferior (lekukan bagian bawah).
Meatus-meatus inilah yang dilewati
oleh udara pernafasan ,sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan
tekak,lubang ini di sebut kaona.
Fungsi
dari hidung yaitu sebagai berikut:
1. Bekerja
sebagai saluran udara pernafasan.
2. Sebagai
penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
3. Dapat
menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.
4. Membunuh
kuman yang masuk ,bersama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selapu lendir (mukosa) atau hidung.
(Drs.H.Syaifuddin,2006)
B.
Definisi
1. Definisi
Hidung menurut Syaifuddin
Hidung adalah saluran udara yang pertama mempunyai dua lubang (kavum
nasi),dipisahkan oleh sekat hidung(septum nasi) (Syaifuddin,2006).
2.
Definisi
Polip menurut Subhan
Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau
keabu-abuan (Subhan, S.Kep.,2003).
3.
Definisi polip hidung Subhan
Polip adalah masa lunak,berwarna putih atau keabu-abuan (Subhan,
S.Kep.,2003).
C. ETIOLOGI
1.
Faktor Herediter,Seperti :Rhinitis alergika,Asma serta
Sinusitis kronis
2.
Faktor Non Herediter ,Seperti karena: peradangan
mukosa hidung , edema, iritasi,reaksi hipersensitifitas.
D. KLASIFIKASI POLIP
Menurut Subhan Polip hidung terbagi menjadi 2 jenis
yaitu:
1.
Polip hidung tunggal adalah jumlah polipnya hanya
satu, berasal dari sel-sel permukaan dinding sinus tulang pipi.
2.
Polip hidung Multiple adalah jumlah polip lebih dari
satu berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas (etmoid).
E. MANIFESTASI KLINIS
1.
Ingusan
2.
Hidung
tersumbat terus menerus
3.
Hilang atau berkurangnya indera penciuman
4.
Nyeri kepala
5.
Mengorok
6.
Suara bindeng
F. FATOFISIOLOGI
Polip
berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan interseluler
dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya berat. Polip dapat
timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan seringkali bilateral.
Polip hidung paling sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar
melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga hidung dan membesar di koana
dan nasopharing. Polip ini disebut polip koana.Secara makroskopik polip
terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan. Sedangkan
secara mikroskopik tampak submukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah
banyak dan terutama terdiri dari sel eosinofil, limfosit dan sel plasma
sedangkan letaknya berjauhan dipisahkan oleh cairan interseluler. Pembuluh
darah, syaraf dan kelenjar sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel
throrak berlapis semu.
G.
POHON
MASALAH
Faktor Non Herediter
|
Proses Infeksi/ Inflamasi
|
Pelepasan medioator kimiawi bradikinin dan histamin
|
Nyeri waktu menelan
|
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Gangguan mekanisme umpan balik / keinginan makan
|
Penurunan berat badan
|
Ketidakseimbangan saraf vasomotor
|
Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif
|
Faktor Herediter
|
Gen
|
Kelainan pada kromosom dan autosom yang mungkin
menurun
|
Proses autoimun
|
Penyakit Rhinitis alergika
|
Polip HIdung
|
Peningkatan permeabilitas kapiler
|
Gangguan regulasi vaskuler yang menyebabkan dilepasnya
sitokin-sitokin dari sel mast
|
Mukosa yang sembab
|
Gangguan pernafasan/ Dipnea
|
Edema
|
Peradangan mukosa hidung
|
H.
INSIDEN
DI DUNIA
Di Amerika
insiden polip nasi pada anak adalah 0,1%, namun insiden ini meningkat pada
anak-anak dengan fibrosis kistik yaitu 6-48%. Insiden pada orang dewasa adalah
1-4% dengan rentang 0,2-28%. Insiden di seluruh dunia tidak jauh berbeda dengan
insiden di Amerika Polip nasi terjadi pada semua ras dan kelas ekonomi.
Walaupun ratio pried an wanita pada dewasa 2-4: 1, ratio pada anak – anak tidak
dilaporkan. Dilaporkan prevalensinya sebanding dengan pasien dengan asma.Angka
mortalitas polip nasi tidaklah signifikan, namun polip nasi dihubungkan dengan
turunnya kualitas hidup seseorang. Tidak ada perbedaan insiden polip nasi yang
nyata diantara bangsa-bangsa di dunia dan diantara jenis kelamin. Polip
multipel yang jinak biasanya timbul
setelah usia 20 tahun dan lebih sering pada usia diatas 40 tahun. Polip nasi
jarang ditemukan pada anak usia dibawah 10 tahun.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada polip adalah:
1.
Endoskopi.
Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks
osteomeatal. Memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip
berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksan
naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat dilihat tangkai polip yang
berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga
dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
2.
Foto polos rontgen &CT-scan. Untuk mendeteksi
sinusitis.
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa.
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa.
3.
Biopsi. Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral
pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis
dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
J.
KOMPLIKASI
1.
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi,tapi
jika dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak dapat mengarah pada akut atau
infeksi sinusitis kronis,mengorok dan bahkan sesak nafas saat tidur.
2.
Pada penderita polip yang berukuran besar dan
menganggu pernafasan dapat dilakukan tindakan pengangkatan polip dengan operasi
Polipektomi dan Etmoidektomi.
K. PENATALAKSANAAN
1.
Medis
a.
Bila polip masih kecil dapat diobati secara
konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral ,missalnya prednisone 50
mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan.
b.
Secara local dapat disuntikan ke dalam polip,misalnya
triasinolon asetenoid atau prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai
hilang.
c.
Dapat memaki obat secara topical sebagai semprot
hidung misalnya beklometason dipropinoat.
d.
Tindakan operasi diambil jika polip tidak bisa diobati
dan terus membesar serta menganggu jalannya pernafasan yaitu operasi
polipektomi atau juga bisa operasi etmoidektomi.
2.
Keperawatan
a.
Vocational
Rehabilitation
Rehabilitasi yang dilakukan untuk
memberikan pendidikan pasca operasi karena akan
ada bekas luka dalam hidung sehingga harus diajari cara membuang ingus
yang tidak membuat pasien kesakitan.
b.
Social Rehabilitation
Rehabilitasi yang bertujuan untuk
adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi dalam
aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan orang lain bertujuan
untuk tidak menarik diri dari kontak social.
Konsep
Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
1.
Identitas Klien:
2.
Riwayat Keperawatan
o Keluhan
Utama:hidung terasa tersumbat,sering mengeluarkan lendir(pilek sulit berhenti).
o Riwayat
kesehatan dahulu:tidak ada riwayat penyakit jantung,paru,kencing manis,gondok
dan penyakit kanker serta penyakit tekanan darah tinggi dan ginjal.
3.
Aktivitas/Istirahat
Gejala:Kelelahan dan kelemahan
Tanda:Penurunan kekuatan,menunjukan kelelahan
4.
Sirkulasi
Gejala:Lelah,pucat dan tidak ada tanda sama sekali
Tanda:Takikardi,disritmia,pucat,diaphoresis dan
keringat malam
5.
Integritas Ego
Gejala Masalah finansial:biaya rumah sakit,
pengobatan
Tanda Berbagai perilaku ,misalnya marah ,menarik
diri , pasif
6.
Makanan/Cairan
Gejala:Anoreksi/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan
sebelumnya tanpa dengan usaha diet.
Tanda:-
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala:Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda:Fokus pada diri sendiri , perilaku berhati hati
8.
Pernafasan
Gejala:Dipsnea
Tanda:Dipsnea,Takikardi,pernafasan
mulut,sianosis,terdapat pembesaran polip.
9.
Istirahat
Selama indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering
pilek.
10.
Sensorik
Daya
penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus(baik
purulen,serous,mukopurulen).
B. Diagnosa Keperawatan
1.Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan seringnya ingusan
Batasan
karakteristik:Dipsnea,kedalaman pernafasan,penggunaan otot aksesori
penafasan,sianosis
Tujuan:Pernafasan
normal
Kriteria
hasil:Bebas Dipsnea,sianosis,kedalaman nafas normal.
2.Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan mekanisme umpan
balik, keinginan makan, rasa dan bau karena adanya polip. Batasan
karakteristik: Penurunan nafsu makan,gangguan sensasi penciuman,kurang tertarik
pada makanan, penurunan berat badan. Tujuan: Menunjukan peningkatan nafsu
makan. Kriteria Hasil: Peningkatan nafsu makan dan tidak ada penurunan berat
badab lebih lanjut.
C.
Intervensi
1.
Intervensi
diagnosa pertama.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
a.
Kaji/awasi prekuensi pernapasan,
kedalaman, irama. Perhatikan laporan
dispnea dan/atau penggunaan otot bantu pernapasan cuping hidung,
gangguan pengembangan dada .
|
Perubahan (seperti
takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan
berlanjutnya keterlibatan/ pengaruh pernapasan yang membutuhkan upaya
intervensi.
|
b.
Beri posisi dan bantu ubah posisi secara
periodik
|
Meningkatkan aerasi
semua segmen paru dan memobilisasikaan sekresi
|
c.
Anjurkan/bantu dengan tehnik napas dalam
dan/atau pernapasan bibiratau
|
Membantu meningkatkan
difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberikan
|
d. pernapasan diagfragmatik abdomen bila diindikasikan
|
pasien beberapa
kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas
|
e.
Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan
pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada dasar kulit, daun telinga,dan
bibir)
|
Proliferasi SDP dapat
menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah, menimbulkan hipoksemia.
|
f.
Kaji respon pernapasan terhadap
aktivitas. Perhatikan keluhan dispnea/lapar udara meningkatkan kelelahan.
Jadwalkaan periode istirahat antara aktivitas.
|
Penurunan oksigen
seluler menurunkan toleransi aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan
oksigen dan mencegah kelelahandan dispnea
|
g.
Identifikasi/dorong tehnik penghematan
energi mis : periode istirahat sebelum dan setelah makan, gunakan mandi
dengan kursi, duduk sebelum perawatan
|
Membantu menurunkan
kelelahan dan dispnea dan menyimpan energi untuk regenerasi selulerdan fungsi
pernapasan
|
h.
Tingkatkan tirah baring dan berikan
perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjang
|
Memburuknya keterlibatan pernapasan/ hipoksia dapat mengindikasikan
penghentian aktivitas untuk mencegah pengaruh pernapasan lebih serius
|
i.
Berikan lingkungan tenang
|
Meningkatkan
relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan oksigen
|
j.
Observasi distensi vena leher, sakit
kepala, pusing, edema periorbital/fasial, dispnea,dan stridor
|
Pasien non-Hodgkin
pada resiko sindrom vena kava superior dan obstruksi jalan napas, menunjukkan
kedaruratan onkologis.
|
Kolaborasi
|
|
a.
Berikan tambahan oksigen
|
Memaksimalkan
ketersediaan untuk untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia
|
b.
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis : GDA, oksimetri
|
Mengukur keadekuatan
fungsi pernapasan dan keefektifan terapi.
|
2. Intervensi
diagnosa ke dua.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
a. a.
Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau
tidak disukai
|
Membantu klien untuk mengembalikan
nafsu makan
|
b.
Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara
periodik.
|
Berguna dalam pemenuhan nutrisi
dan pengembalian berat badan
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidung merupakan alat indera manusia
yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. Didalam
rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel
pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di
ujungnya dandiliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembaba
rongga hidung. Epithellium olfactory pada bagian rongga hidung memiliki fungsi
dalam penerimaan sensasi bau.Indera penciuman mendeteksi adanya molekul-molekul
diudara. Di dalam rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat
sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada organ ini ada organ
yang berperan sebagai
pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sekitar 10
juta.
Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor,
sinyal akan di kirim ke olfactory melalui saraf olfactory. Bagian itulah yang
mengirim sinyal keotak dan kemudian di proses oleh otak, bau apakah yang telah
tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya bau sate padang atau menyengat
nya bau selokan. Selain itu, bau yang tertangkap indra penciuman bisa mengubah
suasana jiwa seseorang. Wangi parfum tertentu misalnya, bisa
membuat hati seseorang lebih tenang. Indera penciuman juga bisa membuat
seseorang teringat sesuatu ketika menangkap harum tertentu. Misalnya saja ia
teringat masa lalunya, ketika mencium harum parfum temannya dijalan.
B.
Saran
Saran dari kelompok kami sebaiknya
untuk penanganan pada pasien dengan polip hidung harus dilakukan secara tepat.
Karena, penatalaksanaan tindakan untuk setiap pasien yang menderita penyakit
polip hidung berbeda-beda tergantung dengan tingkat keparahan penyakit
polipnya. polip yang masih kecil dapat diobati kortikosteroid baik local maupun
sistemik. Tapi, Pada pasien dengan polip yang cukup besar dan persisten baru
akan di lakukan tindakan operatif berupa pengangkatan polip (polippectomy).
Jadi, untuk penatalaksanaan pada pasien harus menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi agar penangannya bisa tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman J, 2002, Epistemologi
Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan, Kanisius: Yogyakarta
Wahyudi Imam, 2007, Epistemologi Dasar, Lima: Yogyakarta
Riska Andani Simargolang , Sensasi dan Persepsi: Makalah Psikologi Umum 1,
Diposkan pada Rabu 03 Juli 2013, http://12012ras.blogspot.com/2013/07/persepsi-dan-sensasi.html
Buku Ajar Ilmu
Penyakit THT. Editor H Nurbaity Iskandar. H Efiaty Arsyad Soepradi. FKUI.
Jakarta. 1990
Nurbaiti Iskandar. Ilmu
Penyakit THT Untu Perawat. FKUI. Jakarta. 2006
Henny.kartika (2007)
Anatomi Hidung dan
Sinus Paranasal. WordPress.com. (December 29, 2007) Semarang
Andrianto,
Petrus. 1986 .Penyakit Telinga,Hidung Dan
Tenggorokan. Jakarta: EGC.
Pracy R dkk.
1989. Pelajaran Singkat Telinga,Hidung
Dan Tenggorok. Jakarta: Gramedia.
Subhan.
2006. ASKEP: Pasien dengan Polip Hidung.
Surabaya: UNAIR Press.
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Tambayong,
Jan. 2001. Anatomi Fisiologi.
Jakarta: EGC.
www.eMedicine .com- Nasal Polyps Article
by John E McClay GOOD.htm/, (Online) (diakses 26 Maret 2012).
This is the most interesting information and fit obat hidrokel into our topic. bahaya penyakit amandel I want to share it with my friends Obat Amandel Herbal Thankyou for QNC Jelly Gamat
BalasHapus